Mengunduh Cinta Allah dengan Berlelah-lelah (Bagian 2)

Percikan Iman – Setelah kita berlelah-lelah dalam membina hubungan dengan Allah S.W.T., lelah belajar, dan mencari karunia-Nya, di dalam hidup, kita juga akan berhadapan dengan sesama manusia. Mereka adalah jalan ujian selanjutnya.

Keempat, lelah menghadapi ujian

Sebagian kita ada begitu sulit mendapatkan harta. Ijazah dari perguruan tinggi ternama sudah di tangan, ratusan surat lamaran sudah disebar, namun tak satupun panggilan wawancara datang.

Ada juga sebagian dari kita diuji dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus. Kala istri hami, terbayang saat lahir menimang bayi yang sehat, lucu, menggemaskan. Namun, taqdir berkata lain.

Harta, anak, pasangan, tetangga, orang tua merupakan “pintu-pintu” datangnya ujian bagi orang-orang yang beriman. Ketika kita merespon dengan benar, bersabat dengan dengan upaya tersebut, ada masanya di mana kita akan merasa lelah.

Bergembiralah! Karena di titik itu-lah Allah S.W.T. menurunkan cinta-Nya.

Allah S.W.T. telah menyampaikan kisi-kisinya dalam surat Al-Baqoroh ayat 155-157

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya, kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali).

اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Mereka itulah orang yang akan memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Kelima, lelah dalam membimbing keluarga

Sebagai Ayah, sebagai suami, tanggung jawab kita tidak cukup sampai pada memenuhi kebutuhan materi seperti tempat tinggal, kendaraan, dan makan. Sebagai seorang istri tugasnya bukan sekadar memasakkan sarapan, makan siang, dan makan malam bagi keluarga.

Tugas orang tua lebih dari itu. Tugas besar orang tua ialah menjaga seluruh anggota keluarga agar terhindar dari api neraka.

Allah S.W.T. berfirman dalam At-Tahrim ayat 6

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Hai, orang-orang beriman! Jauhkan diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar dan tegas, yang tidak durhaka kepada Allah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.

Ketika anak sudah berusia tujuh tahun, sudah saatnya mulai mengajak anak shalat. Ada waktu hingga usianya sepuluh tahun untuk mengajarkan anak urgensi shalat, membiasakanya dengan sedikit paksaan.

Mungkin sebagai orang tua, sebagian kita akan merasa kasihan ketika harus membangunkan anak di waktu shubuh. Namun, ingatlah ancaman bagi mereka yang meninggalkan shalat. Jika kita benar kasihan anak, tentu kita tidak ingin anak kita terkena ancaman tersebut.

Jika kita sudah mengajai anak, membiasakan anak hingga usia sepuluh tahun, namun ternyata belum mau juga, sudah saatnya melaksanakan perintah yang berikutnya, yakni jika anak sudah berusia sepuluh tahun dan belum juga melaksanakan shalat, “pukullah ia!”

Dalam proses tersebut, bisa jadi selaku orang tua, di satu waktu kita akan sampai pada titik lelah. Bisa jadi sampai pada titik muncul pikiran menyesal memiliki anak.

Bergembiralah wahai bapak dan ibu, di saat itu-lah Allah S.W.T. menurunkan cinta-Nya.

Keenam, lelah dalam berdakwah

Ketahuilah sahabat, dakwah bukan hanya tugas para nabi, ulama, atau ustadz. Melainkan tugas kita semua. Mengajak tetangga ikut ta’lim, membagikan undangan MPI lewat status WhatsApp atau media sosial lainnya, itu juga dakwah.

Prinsipnya, mengajak orang pada kebaikan, mengajak orang berperilaku dengan benar sesuai tuntutan Allah S.W.T., itu-lah dakwah.

Ketika kita sudah mengajak berkali-kali, memberi peringatan berkali-kali, bisa jadi ajakan dan peringatan itu tak selalu berujung dengan respon sesuai harapan kita. Tentu kita berharap sahabat kita setidaknya merespon postingan kita, me-like-nya. Jangankan ngajak berangkat bersama, respon minimal-pun tidak.

Padahal dia sahabat kita, padahal dia anak kita, bukan jaminan ajakan kita direspon sesuai harapan kita.

Ketika beratus kali mengajak, beratus tahun memperingatkan, mungkin kita kan lelah. Bersabar dan teguh-lah sehingga cinta Allah S.W.T. turun pada kita.

Tahukah sahabat jika seruan pada kebaikan, ajakan pada kebaikan ialah sebaik-baik kalimat, sebaik-baiknya perkataan di sisi Allah S.W.T.

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Orang paling baik perkataannya adalah orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan serta berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Fussilat:33

Dengan begitu, artinya kelalahan itu hal yang mesti selama kita masih berada di alam fana ini. Tempat istirahat kita yang sejati ialah di syurga-Nya. Dalam menunggu giliran terbukanya pintu demi pintu syurga, kita boleh memilih menikmati kelelahan- demi kelelahan. Dengan begitu, kita kan memperoleh bahagia di dunia dan akhirat.


Tulisan merupakan resume materi yang disampaikan oleh Ustadz Aam Amirudin pada malam ke-22 Ramadhan di momen i’tikaf perdana Masjid Peradaban Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic