Menjadikan Allah Sebagai Satu-satunya yang Ditaati dan Ditakuti

Percikan Iman – Sahabat, sebelumnya kita sudah membahas, bahwa ada beberapa cara berakhlak pada Allah S.W.T. yakni dengan menjadikan-Nya sebagai satu-satunya yang diharapkan pertolongan-Nya. Kemudian, menjadikan Allah S.W.T. sebagai satu-satunya yang kita cintai. 

Selanjutnya, bentuk akhlak kita pada Allah S.W.T. ialah menjadikan-Nya sebagai satu-satunya yang kita taati. Ketika sudah beriman pada Allah S.W.T. konsekuensinya taat. Mari kita buka Al-Anfal ayat 24.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

Hai, orang-orang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila ia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu. Ketahuilah, sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNya kamu akan dikumpulkan.

Di sini, Allah S.W.T. memerintahkan, ketika Ia memanggil kita, hendaknya kita menyambut dan bersegera. Ketahuilah, ada tiga tipe orang dalam merespon. Pertama, ada yang bersegera. Kedua, ketika dipanggil abai. Ketiga, malah lari ketika dipanggil.

Ketiga kelompok ini, Allah S.W.T. istilahkan dengan orang beriman untuk tipe pertama. Yang kedua, orang munafik. Ketiga, orang kafir. Tinggal kita introspeksi diri kita sendiri. Selayaknya, jika kita mengaku sebagai yang beriman, kita akan bersyukur dengan panggilan Allah S.W.T. dan bersegera memenuhi panggilan. 

Ciri kalau kita taat pada Allah S.W.T. ialah “gercep” dan berkualitas. Dalam hal shalat misalnya, seorang beriman akan wudhu dengan yang terbaik, memilih pakaian terbaik, khusyu’ seraya tumaninah, serta menghadirkan Allah S.W.T. selama shalat karena dia yakin bahwa dia sedang “menatap Allah S.W.T.” seolah-olah itu shalat terakhirnya. 

Taat kita pada Allah S.W.T. ini akan menghigupkan hati kita. Ketika hati kita mangkel dan tak ada rasa nikmat dalam ibadah, itu pertanda diri kita jauh dari Allah S.W.T.

Salah satu ikhtiar menghidupkannya ialah dengan hadir ke majelis ilmu. Itu karena manusia tempatnya khilaf dan lupa dan majelis ilmu ialah tempat untuk “me-recharge” jiwa kita. Di Majelis Ilmu, kita dapat saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sebaliknya, kita akan merasa gersang ketika kita tidak mengisi jiwa kita dengan ilmu.

Terakhir, bentuk akhlak baik kita pada Allah S.W.T. ialah dengan menjadikan-Nya. sebagai yang paling ditakuti. Itu karena Allah S.W.T. Maha Keras Siksa-Nya. Jika ada rasa takut pada Allah S.W.T., tak mungkin kita menyepelekan dosa sekecil apapun. Itu karena sekecil zarah-pun akan Allah S.W.T. perhitungkan di Yaumil Akhir. 

Kalau kita tidak segera membersihkan dosa kita tersebut, yang awalnya hanya noda setitik, bisa-bisa seiring waktu menutupi hati kita. Karenanya, cahaya (hidayah) Allah S.W.T. tak “berkenan” masuk ke dalamnya. Dosa ibarat debu yang menempel pada cermin. Jika kita tak mencicil membersihkannya, lama-lama kita tak bisa melihat bayangan diri kita. 


Tulisan merupakan resume materi Kajian Tematik serial Akhlak; Menjadi Pribadi yang Excellent yang disampaikan oleh Ustadz Wahyu Gunawan di Majelis Percikan Iman (MPI) edisi 23 Oktober 2022 di Masjid Peradaban Percikan Iman, Arjasari.

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *