Saudara yang dirahmati Allah, mendidik anak merupakan kewajiban orangtua secara mutlak dan tidak tertawarkan lagi. Beberapa ayat Al-Quran dan hadits menunjukkan adanya isyarat tersebut meski secara teknis tanggung jawab tersebut boleh saja dilimpahkan kepada perorangan atau lembaga yang dianggap lebih memiliki kualifikasi.
Karena itu, pilihan orang tua dalam menentukan institusi pendidikan bagi anaknya merupakan sesuatu yang sangat penting.
Allah Swt. berfirman,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيد
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisaa [4]: 9)
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ اِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْ يُمَجّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ اْلبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟ ثُمَّ يَقُوْلُ اَبُوْ هُرَيْرَةَ رض: فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا، لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ، ذلِكَ الدّيْنُ اْلقَيّمُ. البخارى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tiadalah anak yang terlahir kecuali terlahir atas fithrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi, sebagaimana binatang ternak yang terlahir dengan sempurna, maka apakah kamu lihat ada telinganya yang terpotong ?”. Kemudian Abu Hurairah RA membaca, Fithrotallooh, allatii fathoron naasa ‘alaihaa. Laa tabdiila likholqillaah, dzaalikad diinul qoyyim”. [HR. Bukhari]
Ayat dan hadits di atas memberi gambaran betapa orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan masa depan sang anak, baik menyangkut kesejahteraan hidupnya di dunia maupun kualitas keimanan sebagai bekal hidup di akhirat kelak.
Boleh jadi, pada saat penghitungan amal di hari akhir, orangtua yang akan pertama kali dimintai pertanggungjawaban atas keyakinan dan keimanan yang dimiliki sang anak. Jangan menganggap remeh pendidikan bagi anak, terutama menyangkut keyakinan dan agamanya.
Hal ini akan memiliki implikasi yang sangat luas, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat, bukan hanya pada anak tapi juga pada orangtua itu sendiri. Jadi, pilihlah institusi pendidikan yang dapat menjamin keselamatan akidah serta kesejahteraan mada depan anak.
Yang saudara penanya lakukan, dalam pandangan saya, sudah sampai pada taraf yang menghawatirkan karena menyangkut akidah. Segeralah ambil tindakan terbaik sebelum terlambat.
Sebagai bahan renungan, mari kita cermati ayat berikut.
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. ’” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 133).
Wallahu a’lam.
Sumber : MAPI edisi MAret 2010