Percikan Iman – Berbagai sumber menyebutkan, dalam kegiatan memanah dan berkuda terkandung banyak manfaat. Salah satu manfaat memanah ialah melatih daya konsentrasi, sedangkan berkuda bermanfaat untuk kognitif dan tulang belakang. Namun, bagi orang beriman, manfaat tertingginya ialah membuka peluang agar bersama Rasulullah S.A.W. di surga nanti.
Sahabat, dahulu memanah memang merupakan kegiatan yang identik dengan berburu dan berperang. Namun, seiring zaman, memanah kini menjadi salah satu cabang olah raga, bahkan hobi yang banyak mengandung manfaat.
Sahabat barangkali khawatir jika anak sudah berinteraksi dengan gawainya. Tahukah sahabat, salah satu permasalahan yang sulit kita hindarkan dari interaksi dengan gawai dalam jangka waktu tertentu itu terkait dengan konsentrasi. Beberapa sumber menyebutkan, tingkat konsetrasi seseorang, dapat menurun lebih rendah dari ikan mas. Konsentrasi menjadi barang yang amat mahal harganya di era serba gawai.
Mengutip halodoc, manfaat paling utama memanah ialah membantu meningkatkan fokus. Bagi sahabat yang pernah mencoba olah raga panahan, pasti dapat merasakan, bagaimana kegiatan tersebut sangat menuntut konsentrasi yang tinggi. Tanpa koordinasi yang baik, terutama antara tangan dan mata, anak panah tak mungkin mencapai sasaran. Mengoordinasikan kedua anggota tubuh tersebut-lah yang menuntut konsentrasi yang tinggi.

Sedangkan berkuda dapat meningkatkan kemampuan anak melakukan tugas yang berkaitan dengan perilaku, sebagaimana studi yang dipublikasi di laman Frontiers in Public Health. Dalam studi tersebut, salah satu peneliti Profesor Mutsuaki Ohta menyebutkan jika gerakan panggul kuda dapat melatih aspek motorik dan sensorik tubuh manusia.

Selain itu, berinteraksi dengan kuda juga melatih percaya diri dan tanggung jawab anak. Caranya, ialah dengan menuntunnya atau memberi makan. Interaksi tersebut dapat memantik ikatan emosional dalam dirinya. Belum lagi, berkuda juga dapat meningkatkan keberanian pada anak, yakni ketika anak berhasil mengendalikan kuda dan membuat kegiatan mengendarainya nyaman.

Alangkah beruntungnya anak-anak kita jika sejak dini sudah menjadikan memanah dan berkuda sebagai hobinya. Perkembangan teknologi informasi, tak dapat kita pungkiri memiliki efek samping yang tak main-main pada kesehatan, baik fisik maupun mental.
Namun, bagi orang beriman, nilai tertinggi yang harus diketahui dan disadari ialah keduanya merupakan olah raga yang Rasullah S.A.W. gemari.
“..Dan barangsiapa mencintaiku, maka aku bersamanya di surga”, begitu kata pemimpin kita, Rasulullah Muhammad S.A.W. dalam penggalan hadits riwayat Tirmidzi dalam kitab Al-Ilmu no. 2678. Tak ada pencapaian tertinggi melainkan dapat bersama Rasulullah S.A.W. di surga nanti dan jalannya ialah dengan mencintainya.
Tentu ada banyak ekspresi cinta pada Rasulullah S.A.W., namun yang paling utama ialah dengan meneladani beliau. Begitulah pendapat Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi.
“Ketahuilah, barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya.”
“Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.”
Sahabat, memanah dan berkuda merupakan kegiatan yang digemari oleh Rasulullah S.A.W. Informasi itu tercermin dalam hadits yang diririwayatkan oleh Imam An-Nasa’i. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda
كُلُّ شَئْ ٍلَيْسَ فِيْهِ ذِكْرُ اللهِ فَهُوَ لَهْوٌ وَلَعِبٌ إِلاَّ أَرْبَعٌ مُلاَعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَتَأْدِيْبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمَشْيُهُ بَيْنَ الْغَرْضَيْنِ وَتَعْلِيْمُ الرَّجُلِ السِّبَاحَةَ
“Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (H.R. An-Nasa’i).
Penegasan soal pentingnya tiga olah raga tersebut dapat kita temukan dalam kalimat Umar bin Khathathab R.A.
عَلِّمُوا أَوْلاَدَكُم السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَرُكُوْبَ الخَيْلِ
“Ajari anak-anakmu berenang, memanah dan naik kuda!”.
Terlepas dari ikhtilaf yang masih terjadi sampai saat ini terkait nilai memanah dan berkuda; ada yang menilainya sampai derajat sunnah, ada juga mubah. Namun, berbagai sumber menyebutkan, kegiatan tersebut “digemari” oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Jika pun tidak sampai derajat sunnah, setidaknya anak-anak kita menggemari aktifitas yang digemari Rasulullah S.A.W. Layaknya Ibnu Umar (Abdullah bin Umar) yang mengikuti setiap gerak-gerik, setiap jejak langkah (dalam arti yang sebenarnya) Rasulullah S.A.W.
Kesungguhan Ibnu Umar mengikuti setiap jejak Rasulullah S.A.W. tercermin dalam kesaksian Bunda Aisyah R.A.
“Tidak seorang pun yang mengikuti jejak-jejak Nabi di tempat-tempat persinggahan beliau sebagaimana Ibnu Umar,” kata Bunda Aisyah R.A.
Semoga lewat berkegiatan berkuda dan memanah, tersemai rasa cinta pada Rasulullah S.A.W. Layaknya Ibnu Umar yang mengidolakan Rasulullah S.A.W. sejak masa kanak-kanaknya.
Begitulah Islam, menjaga kita agar terjaga dalam berbagai aktifitas yang bermanfaat – menjauhkan dari perkara mudharat, seraya memberikan celupan makna ibadah. Dengan begitu, sempurnalah kebahagiaan kita; bukan hanya di dunia, namun sampai di akhirat nanti.
Beruntungnya kita, jika pada jiwa anak-anak kita tertanam cinta pada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya S.A.W. sejak dini. Ketaatan menjadi nikmat, maksiat menjadi sumber keresahan. Dengan begitu terjaga hati, lisan, dan jasadnya, menjadi pelanjut amal sholeh kedua orang tuanya, bekal perjalanan menuju tempat penuh nikmat nan abadi.