Menyiapkan “Media Tanam” Untuk Anak

Percikan Iman – Anak itu ibarat bibit terbaik yang Allah Swt. titipkan pada orang tua untuk dirawat sehingga tumbuh dengan baik. Beruntungnya menjadi orang tua yang hidup di zaman berkembangnya teknologi informasi. Dengan begitu, kita dapat mengakses informasi dengan mudah dan murah, termasuk ilmu parenting. Hanya, ada sebagian orang tua yang beranggapan jika ilmu parenting itu adalah ilmu untuk memperbaiki anak, padahal justru sebaliknya. Yakni, disiplin ilmu yang membahas bagaimana sikap terbaik saat kita menjadi orang tua. 

Penulis sekaligus konsultan keluarga dan anak, L.R. Knost mengatakan, “Banyak orang tua berpikir kalau parenting itu untuk mengendalikan perilaku anak dan melatih mereka agar dewasa. Padahal parenting itu adalah ilmu untuk mengendalikan perilaku kita selaku orang tua sehingga anak-anak belajar dari apa yang mereka jalani dan apa yang mereka lihat”. 

Pada dasarnya, Allah Swt. sudah menetapkan rizki, ajal, dan jodoh setiap insan sejak ditiupkan ruh pada jasadnya. Pun Ia juga telah memberikan “modal” berupa potensi, apakah potensi yang sifatnya warisan dari orang tua melalui DNA. Selain itu, kita juga meyakini bahwa setiap anak itu lahir dengan membawa potensi “fitrah”, yakni potensi untuk mengimani Allah Swt. Sebagaimana kita dapat ketahui dari Al-Qur’a, surat Al-A’raf ayat 172,

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ 

Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) manusia keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka seraya berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, Engkau Tuhan kami, sungguh kami bersaksi.” Kami melakukan itu agar pada hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya, ketika itu kami lengah terhadap perjanjian ini.”

Artinya, setiap anak itu lahir bukan sebagai “kertas putih yang kosong”, namun dengan seperangkat modal dan kecenderungan pada keimanan. Hanya, orang tua atau lingkungan terdekatnya-lah yang menjadikan keyakinannya mengarah pada tujuan yang salah. Ibarat bibit tumbuhan, sebaik apapun ia, jika tanahnya tandus atau minim unsur hara, dia tidak akan tumbuh dengan baik. Sebagaimana informasi yang kita dapatkan dari baginda Rasulullah Muhammad Saw. dalam sebuah hadis yang masyhur. Dari Abu Hurairah Ra. yang meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, 

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi..” [ HR. Al-Bukhari dan Muslim ]

Maka, yakinlah bahwa setiap anak itu baik, dan punya tujuan yang baik ketika lahir di dunia. mungkin kadang anak menjengkelkan kita, namun kendalikan emosi kita. Jangan sampai kita, selaku orang tuanya salah bersikap sehingga menjadikan anak benci pada kebaikan. Alih-alih menjadi muslim yang baik, justru malah menjadi “Yahudi, Nashrani, atau Majusi”. 

Ketahuilah, menurut penulis kenamaan tentang soft skill, Stephen Covey, “10% dari hidup adalah apa yang terjadi pada Anda. 90% dari hidup adalah bagaimana Anda bereaksi.” Hal ini menunjukkan bahwa nasib kita dalam hidup itu sebagian besar-nya ditentukan oleh cara kita merespons situasi yang menghadang atau kondisi yang mendekap hidup kita. 

Karena itu, sebagai ikhtiar menjadikan anak kita seberbakti Ismail As. mari kita jaga sikap kita. Berikut adalah beberapa prinsip yang dapat kita tegakkan dalam kehidupan kita sebagai parents

Yang pertama sekaligus paling utama ialah shalat. Shalat merupakan sarana yang Allah Swt. berikan pada kita untuk “me-recharge” energi yang banyak. Semakin besar amanah yang Allah Swt berikan pada kita, semakin kita memerlukan lebih banyak energi untuk bisa sabar. Ibarat mobil dengan muatan banyak, maka semakin besar energi yang dibutuhkan untuk menahan tekanan saat mengerem. Maha benar Allah Swt. dengan segala firman-Nya, sebagaimana tertuang dalam Qur’an, surat Al-Ankabut ayat 45, 

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Bacalah Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya, salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Ketahuilah, salat itu lebih besar keutamaannya daripada ibadah lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan

Jika shalat wajib kurang, rawatib pun belum memadai, dhuha pun tak cukup, maka tak ada yang lebih membekas kecuali shalat tahajjud di sepertiga malam, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat Al-Muzammmil, ayat 1-6

يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ

Hai, orang yang berselimut (Muhammad)!

قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ

Bangun untuk salat pada malam hari, dan sisakan sedikit waktu malam untuk tidur,

نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ

yaitu separuhnya atau kurang dari itu,

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

atau lebih dari separuhnya, dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan.

اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا

Sesungguhnya, Kami akan menurunkan perkataan berkualitas kepadamu.

اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ

Sesungguhnya, bangun malam itu lebih kuat untuk mengisi jiwa; dan bacaan pada waktu itu lebih berbekas.

Selanjutnya, pandang anak sebagai amanah. Artinya, pada dasarnya, Allah Swt. percaya bahwa kita mampu menerima kehadiran anak kita. Anak bukan beban yang hanya akan menjadi “penghambat” kita melangkah, juga bukan sekadar anugerah yang selamanya akan menyenangkan kita. Namun, dia adalah sarana bagi kita yang menjadi orang tuanya untuk beribadah pada Allah Swt. Ketahuilah, di luar sana, ada banyak pasangan menikah yang justru Allah Swt. uji dengan ketidakhadiran buah hati dalam rumah tangganya, dan betapa mereka berhasrat untuk memilikinya. 

Dalam Al-Qur’an, surat As-Syuran ayat 49-50, Allah Swt. berfirman, 

لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ

Milik Allah kerajaan langit dan bumi. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, memberikan anak perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang dikehendaki-Nya,

اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًا ۚوَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًا ۗاِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ

atau Allah menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan mandul siapa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui, Mahakuasa.

Tahukah Anda, menurut laporan WHO, satu dari enam orang dewasa di dunia mengalami kemandulan? Maha benar Allah Swt. dengan segala firmannya. Mereka yang Allah Swt uji dengan ketidakhadiran buah hati ini kemudian melakukan ragam upaya, mulai dari yang tradisional, hingga cara-cara kekinian. Salah satunya bayi tabung. 

Begitulah fitrahnya manusia, dia berkeinginan untuk memiliki keturunan. Maka, bersyukurlah ketika Allah Swt. memberikan kita keturunan, yang dengannya, kita memiliki peluang memiliki penerus kebaikan. Tentunya, keyakinan harus kita ikuti dengan ikhtiar mempersiapkan ilmu sehingga amanah dari Allah Swt benar bisa kita tunaikan. 

Terakhir, libatkan Allah Swt. dalam pengasuhan maupun pendidikan anak-anak kita. Ingatlah, anak Nabi Nuh As. saja bisa menjadi penentang ajaran Islam. Namun, meski sayang kita seluas samudera, setinggu gunung himalaya, pada akhirnya, hidayah-taufiq itu memang hak prerogatif Allah Swt. Tugas kita adalah bersabar menegakkan prinsip-prinsip yang baik dalam mendidik anak, kemudian untuk hasill akhirnya serahkan pada Allah Swt. Dalam Qur’an, surat Al-Qashash ayat 56, Allah Swt. berfirman, 

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Sungguh, kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Pun semua manusia itu kendalinya ada di hati dan yang menguasai hati adalah Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda, 

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

Wahai Ummu Salamah! Tidaklah ada seorang anak adam melainkan hatinya terletak di antara dua jari dari jari-jemari Allah, siapa yang Dia kehendaki lurus, maka Dia akan meluruskannya, dan siapa yang dia kehendaki akan menyimpang, maka dia akan menyimpangkannya” [ Hadits riwayat At-Tirmidzi. ]

Maka libatkan Allah Swt. dalam pendidikan anak-anak kita, jadilah teladan dalam ketakwaan, ajak pasangan untuk terlibat, kemudian banyak-banyaklah mendo’akan anak-anak kita, salah satunya dengan lafaz berikut ini, sebagaimana termaktub dalam Qur’an, surat Al-Furqan ayat 74,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang- orang bertakwa.”

Semoga, anak-anak kita tumbuh menjadi penyejuk hati sekaligus kebanggaan. Pun ketika kita tiada, dia menjadi penerus kebaikan serta pengirim pahala sekaligus ampunan selama kita di alam barzakh sekaligus pembela di yaumil mizan. Amiin yaa rabbal ‘aalamiin

Wallahu a’lam bi shawwab

_____

Tulisan ini, kami kembangkan berdasarkan materi yang disampaikan oleh guru kita, Dr. Aam Amirudin, M.Si. pada Majelis Percikan Iman (MPI) di Masjid Al-Irsyad, Kota Baru Parahyangan, serial “Wonderfull Parents”, pada Kamis, 15 Agustus 2024 

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *