Sahabatku, Kesholehan seseorang ternyata tidaklah ditentukan oleh cerdasnya akal saja, melainkan di tentukan secara dominan oleh kesucian hatinya. Itulah sebabnya ketika Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw ketika ditanya do’a apa yang sering di ucapkan oleh Rosulullah Saw. Beliau selalu membaca do’a yang tercantum dalam (QS. Ali Imran [3] : 8)
“Robbana latuzig qullubana ba’daidz haddaitana wahabblana miladunka, rohmatan innaka antal wahab”
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”.
Terdapat juga dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang berkaitan dengan hati adalah ingatlah dalam tubuh itu ada segumpal daging, bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya, itulah Qolbu (hati).
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Sahabatku, jadi hati itu sangat berperan dalam kehidupan seseorang sehingga betapa pentingnya kita harus memiliki kesucian hati.
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. As Syams [91]: 7-10).
Allah Swt tanamkan jiwa kebaikan dan keburukan dalam hati manusia yang saling tarik-menarik. Jika manusia memperturutkan keburukannya maka dosa itu akan menutup hati mereka dan resikonya pada puncaknya dia tidak akan bisa menemui Tuhannya di akhirat nanti dengan kebaikan. (QS. Al Muthoffifin: 14-15).
Berikut ini adalah cara agar mempunyai hati yang bersih:
(1) Identifikasi penyakit hati kita. Penyakit hati setiap orang akan berbeda. Di antara penyakit hati adalah pelit, sombong, pendendam, dengki dll. Yang paling mengetahui adalah diri kita sendiri.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18
(2) Terus memperbaiki diri, baik dari ucapan dan perilaku kita. (QS. At Tahrim: 8), (QS. Az Zumar: 53).
(3) Selalu Tadabbur Al Qur’an. Membaca sambil berusaha untuk memahami isi kandungan dari Al Qur’an. (QS. Az Zumar: 54-55).
(4) Harus memiliki komitmen untuk membela Agama Allah. Beragama itu butuh kepercayaan diri, yakin bangga bahwa inilah yang benar. Setiap ucapan dan perilaku kita harus menunjukkan bahwa kita sebagai muslim.(QS. Ash Shaff: 3).
(5) Menjaga selalu keberlangsungan atau istiqomah dalam beramal sholeh. Segala sesuatu itu akan terasa berpengaruh jika di lakukan secara konsisten dan itu membutuhkan waktu yang berproses lama. (QS. Al Ahqaf: 13).
(6) Bergaul dengan orang-orang dan lingkungan sholeh. (QS. Al Kahfi: 28).
(7) Selalu berdo’a agar kita di berikan hati yang bersih. (QS. Ali Imran: 8). “Robbana latuzig qullubana ba’daidz haddaitana wahabblana miladunka, rohmatan innaka antal wahab”
Wallahu’alam bishshawab.
Sumber :
Catatan Kajian Ust. Dr. Aam Amiruddin, M.Si
21 Maret 2019, Mesjid Al Murabbi. Ditulis oleh Ika Kartika (@kartikamuslimah)