Minta Maaf & Memaafkan Tak Sekedar Amal baik

Antara meminta maaf dan memberi maaf. Perhatikan juga firman-Nya dalam Surat Ali-‘Imran ayat 152 dan 155, juga Al-Ma’idah ayat 95 dan 101. Ternyata tidak ditemukan satu ayat pun yang seolah menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.

…Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?… (QS Al-Nur [24): 22)

Kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah SWT. Tidak ada alasan untuk berkata, “Tiada maaf bagimu“, karena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah SWT.

Terkadang manusia cenderung lebih malu untuk meminta maaf kepada manusia, ketimbang meminta maaf kepada Allah SWT. Banyak faktor yang membuatnya gengsi untuk meminta maaf, seperti perasaan tidak bersalah padahal sudah jelas-jelas salah, gengsi merasa derajat turun ketika keluar kata-kata “maafkan saya, saya yang salah” dan masih banyak lagi. Memaafkan seseorang yang pernah berbuat salah kepada kita pun ternyata tidak lebih gampang dibanding meminta maaf, dengan alasan sudah sangat sakit hati, biar jera, tidak rela, dan lain lain menghinggapi naluri baik yang ada dalam diri kita. Bayangkan Allah saja maha pengampun kepada hambanya yang bersungguh-sungguh, mengapa manusia begitu sombongnya?

Dalam kehidupan sehari-hari ada saja perbuatan orang lain yang tidak berkenan bahkan menyakitkan hati kita. Bila kita menyimpannya dalam hati, rasa sakit itu ternyata menimbulkan berbagai dampak fisik dan psikologis.

Sakit hati membahayakan kesehatan jantung dan sistem peredaran darah (William & William, 1993), kanker, tekanan darah, tukak lambung, flu, sakit kepala, sakit telinga.

Sakit hati juga menjadikan hati manusia dipenuhi marah, dendam dan benci kepada orang lain yang dipersepsi merugikannya. Ini menjadi sumber stres dan depresi manusia. Hati yang dipenuhi energi negatif, akan mengarahkan individu untuk berkata-kata yang destruktif, baik dalam bentuk rerasan, pengungkapan kemarahan di depan publik, maupun hujatan. Dampak lebih jauh adalah kekerasan, termasuk di dalamnya mutilasi.

Audzubillah… Jangan sampai yah, kita mengalami hal itu.

Memaafkan adalah proses untuk menghentikan perasaan dendam, jengkel, atau marah karena merasa disakiti atau dizhalimi. Pemaafan (forgiveness) sendiri, menurut ahli psikologi Robert D. Enright, adalah kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh-tidak-acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil.

Melengkapi pandangan Enright di atas, Thompson mendefinisikan pemaafan sebagai upaya untuk menempatkan peristiwa pelanggaran yang dirasakan sedemikian hingga respon seseorang terhadap pelaku, peristiwa, dan akibat dari peristiwa yang dialami diubah dari negatif menjadi netral atau positif.

Memaafkan memang tidak mudah. Butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya. Adanya kebaikan bagi diri kita dan bagi orang lain akan menjadikan memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan. Seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford California, Frederic Luskin, pernah melakukan eksperimen memaafkan pada sejumlah orang. Hasil penelitian Luskin menunjukkan bahwa memaafkan akan menjadikan seseorang:

(a) Jauh lebih tenang kehidupannya. Mereka juga
(b) Tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama. Dan yang pasti, mereka
(c) Semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain.

Para ahli psikologi mempercayai bahwa memaafkan memiliki efek yang sangat positif bagi kesehatan. Pemaafan (forgiveness) merupakan salah satu karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual.

Begitu banyak yah manfaat meminta maaf dan memaafkan, tak sekedar amal kebaikan bagi diri kita tapi memiliki dampak besar bagi tubuh kita juga.

Memang Allah SWT tidak akan menyuruh hambaNya jika tiada manfaat untuknya. Mulai sekarang jangan ragu untuk meminta maaf ketika kita memiliki salah, dan jangan berfikir panjang untuk memaafkan kesalahan orang lain kepada kita, sungguh keduanya baik di mata Allah.

Wallahu a’lam bishawab

-iRm@-

 

 

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *