MPI Syawwal: Momen Silaturahim dan Menjaga Kapasitas

Percikan Iman – Seketika fajar syawwal tiba, kebahagiaan menyeruak dari hati-hati mereka yang berhasil menuntaskan Ramadhan. Semarak takbir pun berkumandang, bukan sekadar pemenuhan syari’at, namun juga memberi nuansa.

Di momen itu, sebagian hati bersedih karena momen nikmatnya ibadah pada nuansa Ramadhan telah berlalu. Sebagian hati bahagia karena menjadi momen kita bersilaturahim.

Selama Ramadhan, Allah S.W.T. memberi kita berbagai sarana untuk mengembangkan kapasitas diri kita. Menguat-nguatkan iman, memupuk harap, menancapkan ketakutan pada Allah S.W.T., terutama shaum.

Meski orang tak tahu, kita tetap shaum. Di momen itu, kita belajar, Allah S.W.T. Maha Melihat kita, Allah memperhatikan kita. Meski manusia tak melihat, Allah tak lekang memantau kita.

Kemudian, yang di hari biasa rasanya sulit membaca Qur’an meski hanya satu halaman perhari, di Ramadhan, satu juz-pun rasanya “kok kurang”. Yang di luar Ramadhan, shalat malam sangat jarang, di Ramadhan berjam-jam pun rasanya nikmat. Kini suasana itu sedikit berbeda.

Pantas lah jika hati bersedih.

Lantas, di momen setelah id, berlatarkan meja penuh dengan makanan dan minuman, rasanya hati begitu mudah luruh, mencurahkan rasa kesal yang selama ini menyumbat di dada. Merengkuh ayah-ibu, kaka-adik, tutur maaf menjadi ringan berbasuh air mata.

Tak ketinggalan, di momen itu, kita dapat berkumpul dengan handai-taulan dari seberang pulau, dari luar kota, bertahun lamanya tak jumpa, kini hadir mencurah rindu. Saling menebar senyum dan semerbak kegembiraan.

Pantas lah jika hati bahagia.

Kini, kita berada di momen syawwal, di mana kita mesti pandai-pandai menempatkan waktu kapan kita mesti shaum syawwal, kapan kita “mau tak mau” menyantap hidangan.

Tak pantas tak memakannya karena tuan rumah telah menyajikan. Sudah sepantasnya kala bertamu kita menikmati hidangan. Begitulah adabnya. Belum lagi kue-kue kering yang senantiasa nampak di meja makan. Kapan lagi adanya kalau bukan Syawwal.

Di sinilah Allah S.W.T. menguji kita. Pembiasaan tilawah, pembiasaan shalat malam, sanggupkah kita jaga di tengah sibuknya kita?

Untuk itulah, kita perlu bekal agar diri kita tetap terkawal selama Syawal, jangan biarkan diri gagal dan malah kembali pada diri kita versi sebelum Ramadhan.

Di sini-lah kita, di MPI, kita menemukan sarananya. Guru kita, Ustadz Aam Amirudin membekali kita dengan “Mengawal Syawwal dengan Tawakkal”.

Dengan begitu, sibuknya kita bersilaturahim, sibuknya kita kembali beraktifitas, tak membuat pembiasaan yang dibangun selama Ramadhan, begitu saja mental.

Sesibuknya kita bekerja, kita tetap dhuha. Sesibuknya kita berkunjung pada kerabat, kita tetap melaksanakan shaum sunnat (syawwal). Selelah-lelahnya kerja dan lelapnya tidur, kita tetap bangun tuk shalat malam.

Alhamdulillah, sebagaimana layaknya jama’ah MPI, mereka antusias bersua dengan sang guru, merapat-rapat-kan shaf, memantas-mantas-kan penampilan, merapi-rapi-kan parkir kendaraan, menjaga kebersihan masjid.

Di sini, bukan hanya ruhani dan jiwa yang dicek, namun juga kesehatan jasmani. Kita yakin, jasmani merupakan amanah dari Allah S.W.T. yang juga merupakan sarana utama untuk beribadah pada-Nya.

Selamat kami ucapkan pada para alumni Ramadhan. Semoga Allah S.W.T. menerima amal ibadah kita, senantiasa merindui Ramadhan, menjaga taqwa hingga akhir hayat hingga menjadi tiket untuk dapat reuni di Syurga-Nya kelak.

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic