Percikan Iman – Memperbaiki kebiaasaan yang salah itu jauh lebih sulit ketimbang memulai kebiasaan baru. Betul? Pada konsep itulah, kita akan melihat pentingnya murid memilih guru yang benar. Di saat itu pula seorang guru hendaknya benar-benar yakin apa yang disampaikannya sudah benar.
“Untuk itu, penting bagi seorang guru ngaji untuk memastikan apa yang dia ajarkan sudah benar. Bahaya jika muridnya nanti mendapatkan cara yang salah, sementara cara mengajinya akan ia bawa seumur hidup, akan lebih sulit diperbaiki ketimbang yang baru belajar,” terang Pemegang Sanad Qiro’ah Ashim Thariq Syatibiyah, Ustadz Abdul Fattah El-Syakkari, S.H. di hadapan para guru ngaji Percikan Iman, dalam rangka Kajian “Risalah Al-Qur’an” serangkai dengan “Munaqasyah Pemberian Sanad Surat Al-Fatihah”, di Masjid Peradaban Percikan Iman, Ahad (16/10).
Oleh karena itu, penting bagi para guru ngaji memiliki standar mengaji yang benar. Jangan sampai, ada kebiasaan cara membaca guru ngaji yang terbawa dalam pengajaran. Seolah-olah benar, padahal salah. Misal cara membaca huruf “fa” yang biasanya telafalkan, “pa”.
Kemudian, surat Al-Fatihah dipilih karena merupakan surat yang penting. Kita semua membaca Al-Fatihah minimal tujuh belas kali sehari, yakni dalam setiap raka’at shalat.
“Surat Al-Fatihah ini surat yang penting karena setiap muslim akan membacanya seumur hidupnya, setidaknya dalam setiap shalat, tujuh belas kali sehari,” terang Ustadz Abdul Fattah.
Untuk itu, atas inisiasi guru ngaji Percikan Iman, Ibu Diah, prgram up grading guru ngaji dilaksanakan. Pesertanya ialah para guru ngaji dan mahasantri Percikan Iman. Tujuannya, agar para guru memiliki standar dalam mengajarkan Al-Qur’an. Tak main-main standar yang digunakan ialah standar internasional.
Para pengajar datang dari berbagai daerah, di Jawa Barat khususnya. Yang terjauh berasal dari Tangerang. Sebelumnya, mereka terbiasa belajar bersama Bu Diyah dengan memanfaatkan teknologi telekonferensi daring. Pertemuan darat pertamanya sekaligus menjadi momentum untuk menakar para pengajar.
Sebagai pengajar, kami menghadirkan Ustadz Abdul Fattah El-Syakkari, S.H. yang memegang beberapa kitab Tajwid dan Hadits, pembina Tahsin dan Tafsir El-Hilya Kota Baru Parhyangan, dan Doha Qatar, Pembina Tahfidz di SIAS Islamic Boarding School, sekaligus Pengajar Daring Darul Qur’an Khadijah.
Di akhir rangkaian acara, baik pengajar maupun Mahasantri mengikuti workshop membaca surat Al-Fatihah sesuai standar dan bersanad. Sesi ini kemudian diakhiri dengan “tes” untuk mengetahui apakah cara membaca Al-Fatihah para peserta sudah sesuai standar atau belum.
Hasilnya, memang belum sesuai keinginan. Dari seluruh peserta, hanya satu peserta yang lulus, itu pun dari kalangan Mahasantri. Namun, tidak mengapa, setidaknya kami menjadi tahu ada sudah sampai mana kualitas pengajar ngaji Percikan Iman har ini.
Mohon do’a dari sahabat semua agar kami konsisten menghadirkan guru-guru ngaji terbaik. Mari kita muliakan mereka para guru ngaji dengan mencukupkan bekal imu dan materi yang layak.