Imam yang satu ini laksana matahari bagi dunia dan bak kesehatan bagi raga. Adakah anda temukan pengganti bagi keduanya? Itulah kata bijak yang diungkapkan Imam Ahmad bin Hanbal untuk menggambarkan pribadi Imam Syafi’i. Imam Syafi’I adalah imam dalam keutamaan ilmu dan agama. Umat Islam telah banyak mengambil dari ilmu dan ijtihadnya sejak lebih dari dua belas abad lalu.
Para Imam di zamannya begitu mengenalnya. Tak pernah mereka temukan seorang alim yang sepadan dengannya, hingga dikatakan bahwa beliaulah orang paling berjasa pada perkembangan Islam. Para ahli hadist, mengakui keutamaan Imam Syafi’i atas mereka, hingga beliau digelari Nasir al-Sunnah (pembela sunnah).
Imam Ahmad berkata, “Kalaulah bukan Imam Syafi’i, kita tentu tak tahu fiqh al hadist. Pintu fiqh tertutup hingga Allah membukanya melalui Imam Syafi’i.”
Tak terhitung keutamaan sang imam. Sifat leluhur menghiasi perilaku beliau. Hidupnya yang pendek penuh dengan kisah-kisah yang mempesona. Para ulama, dahulu dan sekarang, telah menulis berpuluh-puluh buku tentang kisah-kisah hidup imam yang agung ini. Beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad Ibn Idris Ibn Al Abbas Ibn ‘Usman Ibn Syafi’i Ibn al-Saib Ibn Ubayd Ibn Abdul Yazid Ibn Hasyim Ibn Al-Mutholib Ibn ‘Abd Manaf kakek dari kakek Nabi Muhammad SAW.
Nasab Imam Syafi’i bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada ‘Abdu manaf. Imam Syafi’i lahir pada hari Jum’at, hari terakhir bulan Rajab tahun 150H. Dan pada tahun yang sama Imam Abu Hanifah meninggal dunia. Para ahli sejarah berselisih pendapat tentang tempat lahirnya apakah di kota Gaza, Asqalan, Yaman atau di Mina. Tapi pendapat yang kuat adalah di desa Gaza pada sebuah kota bernama Asqolan. Imam Syafi’i mengenang awal pertama kali belajar kepada seorang guru, seraya ia berkata : “Aku seorang Yatim dalam pengakuan ibuku. Ia tidak mempunyai uang untuk memberikan kepada seorang guru, pada akhirnya guru tersebut ridho kepadaku”. Begitulah kerelaan sang guru. Tampaknya ia memberi dispensasi tersebut karena melihat kecerdasan dan kemampuan menghafal Imam Syafi’i.
Pada kali pertama beliau belajar kepada Imam Malik. Beliau langsung menghafal kitab Al Muwaththa (karangan Imam Malik). Beliau berkata, ”Aku telah menghafal Al Qur’an pada usia tujuh tahun dan hafal kitab Al Muwaththa’ pada usia sepuluh tahun”. Ibn Zulaq berkata : ”Imam Shafi’i mengarang 200 kitab.” Al Qadhi Imam Maruzi berkata : ”Bahwa Imam Syafi’i mengarang 113 kitab dalam bidang fiqh, sastra dan lain-lainnya.”
Sungguh menakjubkan kemampuan beliau dalam mengarang disertai denga ketelitian, kematangan dan ketetapan karangan, sampai-sampai beliau sering kali meranmpungkan sebuah kitab dalam setengah hari. Al Hakim berkata ” Imam Syafi’i duduk bersandar disebuah tiang masjid. Kemudian menggelar tikarnya dan duduk diatasnya sambil membungkukkan badannya kedepan karena sakit kemudian memulai mengarang, dia mengarang kiab-kitab ini selama 4 tahun”.
Kadang-kadang beliau menuju ke peraduannya untuk tidur, tiba-tiba terbentik dibenaknya suatu makna hadist maka beliau segera beranjak menuju ke tempat buku, dan menyalakan lampu dna kemudian mulai menuliskannya. Nama-nama kitab yang dikarang oleh beliau :
1. Kitab Thaharah
2. Kitab Masalah Mani
3. Kitab Istiqbal al-Kiblah
4. Kitab Al-Imamah
5. Kitab Ijab al Jum’ah
6. Kitab Shalat al Idaian
7. Kitab Shalat al Khusuf
8. Kitab Shalat al Istisqa
9. Kitab Shalat Janaiz dan lain-lain
Al Umm yang diriwayatkan oleh Ar Rabi ibn Sulaiman Al Muradi yang merupakan riwayat yang paling akurat dan shahih. Harmalah meriwayatkan kitab besar dengan judul As Sunan, sedangkan Al-Muzani meriwayatkan kitab Al-Mabsut.
Karangan beliau sebagian dalam bidang ushul, seperti Ar-Risalah, Ikhtilaf Al-hadist dan lainnya. Sebagian yang lain dalam bidang Fiqh seperti Ash-shalawat dan sebagian lagi dikarang untuk menolak dan membantah penentangnya seperti Ar-Rad ala Muhammad ibn al Hasan dan lain-lain.
Sebagian kitabnya yang tidak ada hubungan dalam ushul seperti Fadail al-Quraisy dan lainnya. Imam agung Muhammad bin Idris As Syafi’i berpulang ke rahmatullah pada malam Jum’at, hari terakhir dari bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun, menurut riwayat lain 58 tahun. Beliau dikuburkan di pekuburan Bani Zahrah atau dikenal dengan Turbah ibn Abdul Hakim.
Diambil dari buku ’Mutiara Hikmah Imam Syafi’i RA’ Oleh Dr. Abdul Ghany Ad Daar MA
Para Imam di zamannya begitu mengenalnya. Tak pernah mereka temukan seorang alim yang sepadan dengannya, hingga dikatakan bahwa beliaulah orang paling berjasa pada perkembangan Islam. Para ahli hadist, mengakui keutamaan Imam Syafi’i atas mereka, hingga beliau digelari Nasir al-Sunnah (pembela sunnah).
Imam Ahmad berkata, “Kalaulah bukan Imam Syafi’i, kita tentu tak tahu fiqh al hadist. Pintu fiqh tertutup hingga Allah membukanya melalui Imam Syafi’i.”
Tak terhitung keutamaan sang imam. Sifat leluhur menghiasi perilaku beliau. Hidupnya yang pendek penuh dengan kisah-kisah yang mempesona. Para ulama, dahulu dan sekarang, telah menulis berpuluh-puluh buku tentang kisah-kisah hidup imam yang agung ini. Beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad Ibn Idris Ibn Al Abbas Ibn ‘Usman Ibn Syafi’i Ibn al-Saib Ibn Ubayd Ibn Abdul Yazid Ibn Hasyim Ibn Al-Mutholib Ibn ‘Abd Manaf kakek dari kakek Nabi Muhammad SAW.
Nasab Imam Syafi’i bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada ‘Abdu manaf. Imam Syafi’i lahir pada hari Jum’at, hari terakhir bulan Rajab tahun 150H. Dan pada tahun yang sama Imam Abu Hanifah meninggal dunia. Para ahli sejarah berselisih pendapat tentang tempat lahirnya apakah di kota Gaza, Asqalan, Yaman atau di Mina. Tapi pendapat yang kuat adalah di desa Gaza pada sebuah kota bernama Asqolan. Imam Syafi’i mengenang awal pertama kali belajar kepada seorang guru, seraya ia berkata : “Aku seorang Yatim dalam pengakuan ibuku. Ia tidak mempunyai uang untuk memberikan kepada seorang guru, pada akhirnya guru tersebut ridho kepadaku”. Begitulah kerelaan sang guru. Tampaknya ia memberi dispensasi tersebut karena melihat kecerdasan dan kemampuan menghafal Imam Syafi’i.
Pada kali pertama beliau belajar kepada Imam Malik. Beliau langsung menghafal kitab Al Muwaththa (karangan Imam Malik). Beliau berkata, ”Aku telah menghafal Al Qur’an pada usia tujuh tahun dan hafal kitab Al Muwaththa’ pada usia sepuluh tahun”. Ibn Zulaq berkata : ”Imam Shafi’i mengarang 200 kitab.” Al Qadhi Imam Maruzi berkata : ”Bahwa Imam Syafi’i mengarang 113 kitab dalam bidang fiqh, sastra dan lain-lainnya.”
Sungguh menakjubkan kemampuan beliau dalam mengarang disertai denga ketelitian, kematangan dan ketetapan karangan, sampai-sampai beliau sering kali meranmpungkan sebuah kitab dalam setengah hari. Al Hakim berkata ” Imam Syafi’i duduk bersandar disebuah tiang masjid. Kemudian menggelar tikarnya dan duduk diatasnya sambil membungkukkan badannya kedepan karena sakit kemudian memulai mengarang, dia mengarang kiab-kitab ini selama 4 tahun”.
Kadang-kadang beliau menuju ke peraduannya untuk tidur, tiba-tiba terbentik dibenaknya suatu makna hadist maka beliau segera beranjak menuju ke tempat buku, dan menyalakan lampu dna kemudian mulai menuliskannya. Nama-nama kitab yang dikarang oleh beliau :
1. Kitab Thaharah
2. Kitab Masalah Mani
3. Kitab Istiqbal al-Kiblah
4. Kitab Al-Imamah
5. Kitab Ijab al Jum’ah
6. Kitab Shalat al Idaian
7. Kitab Shalat al Khusuf
8. Kitab Shalat al Istisqa
9. Kitab Shalat Janaiz dan lain-lain
Al Umm yang diriwayatkan oleh Ar Rabi ibn Sulaiman Al Muradi yang merupakan riwayat yang paling akurat dan shahih. Harmalah meriwayatkan kitab besar dengan judul As Sunan, sedangkan Al-Muzani meriwayatkan kitab Al-Mabsut.
Karangan beliau sebagian dalam bidang ushul, seperti Ar-Risalah, Ikhtilaf Al-hadist dan lainnya. Sebagian yang lain dalam bidang Fiqh seperti Ash-shalawat dan sebagian lagi dikarang untuk menolak dan membantah penentangnya seperti Ar-Rad ala Muhammad ibn al Hasan dan lain-lain.
Sebagian kitabnya yang tidak ada hubungan dalam ushul seperti Fadail al-Quraisy dan lainnya. Imam agung Muhammad bin Idris As Syafi’i berpulang ke rahmatullah pada malam Jum’at, hari terakhir dari bulan Rajab tahun 204 H dalam usia 54 tahun, menurut riwayat lain 58 tahun. Beliau dikuburkan di pekuburan Bani Zahrah atau dikenal dengan Turbah ibn Abdul Hakim.
Diambil dari buku ’Mutiara Hikmah Imam Syafi’i RA’ Oleh Dr. Abdul Ghany Ad Daar MA