Nestapa Manusia Hampa

Percikan Iman – Banyak orang mengira kebahagiaan itu ada pada kepemilikan harta, jabatan, atau popularitas. Nyatanya, banyak orang kaya, banyak pengikutnya, yang justru merasa hampa, bahkan sampai mengakhiri hidupnya. 

Anda mungkin sudah mendengar beberapa pesohor dunia yang mengakhiri hidupnya, justru di puncak pencapaiannya. Seperti vokalis band Linkin Park, Chester Bennington mengakhiri hidup dengan gantung diri. Juga ada Robin William, Marilyn Monroe, Ernest Hemingway, Vincent Van Gogh, Kate Spade, dan Anthony Bourdain. 

Chester Bennington merupakan bintang rock terkaya saat kematiannya. Menurut celebrity networth, pada saat kematiannya (tahun 2017), dia tercatat memiliki kekayaan $ 30 juta atau senilai setara Rp 406 Miliar. Pengikutnya ada di seluruh dunia, bahkan sampai kini, masih banyak orang yang mendengarkan musik-musiknya. Tercatat, yang mendengar musiknya mencapai 42,9 juta orang perbulan di salah satu aplikasi mendengarkan musik. 

Menurut klikdokter.com, orang yang “sukses” cenderung “termakan” oleh ambisinya sendiri. Saking ambisiusnya mereka dengan karirnya, mereka sampai lupa membangun relasi yang berkualitas dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka ada di “puncak” yang dingin sendirian. Akibatnya, dia tak lagi merasakan marah, senang, atau bahkan sedih yang biasanya dipicu oleh orang-orang sekitarnya alias hampa.

Mengutip satupersen.net (website seputar psikologi), hampa yang dirasakan seseorang itu adalah kondisi di mana dia disconnected atau “tidak terhubung”. Dalam hal ini, saking sibuknya, dia sampai kehilangan koneksi dengan alam, koneksi dengan manusia lainnya, bahkan dengan Rabb-nya. 

Bentuk rasa “hampa” itu ada macam-macam. Mulai dari merasa hidup gini-gini aja, tak punya kesibukan, sampai merasa ditinggalkan. Bukankah hidup jadi lebih berasa ketika Anda memperjuangkan seseorang atau sesuatu? Namun, rasanya jadi biasa saja ketika sudah di genggaman?

Pada titik ini, kita seharusnya menyadari pentingnya memiliki tujuan hidup besar, bahkan kalau bisa yang tidak “habis-habis”. Nyatanya, kekayaan atau popularitas tak bisa menjadi tujuan karena ketika sudah memilikinya, yang ada malah membuat hidup hampa. Maka, harus ada tujuan yang lebih besar. 

Mengutip CNN.com, banyak psikolog yang menangani pasien depresi mendengar dari mulut pasiennya berupa pemikiran “orang-orang akan lebih baik tanpa kehadiranku.” Dapat kita katakan, mereka kehilangan makna kehadiran diri mereka dalam kehidupan

Faktanya, “makna hidup” sangat penting dimiliki setiap orang. Mengutip pubmed.com (website kesehatan ressmi Amerika Serikat), “makna hidup” terbukti menjadi faktor pelindung yang ampuh dari depresi, keputusasaan, dan pada akhirnya melindungi dari keinginan bunuh diri. 

Lebih jauh, orang yang memiliki makna dalam hidupnya cenderung lebih sehat. Secara empirik, mereka yang memiliki makna hidup jauh dari risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, fungsi kekebalan tubuh yang lebih baik, sedikit depresi, serta pemulihan yang lebih baik dari penyakit. 

Maka, jangan tertipu oleh harta, tahta, atau popularitas sampai-sampai menjadikannya sebagai tujuan. Kita membutuhkan tujuan yang tidak ada habis-Nya, yakni ridho Allah Swt. dengan jalan mengabdi pada-Nya. Dengan begitu, kita tidak akan pernah kehabisan makna hidup dan segala yang kita temui di dalamnya, baik harta, tahta, maupun keluarga, yakni sebagai sarana untuk menggapai Ridho-Nya. 

Wallahu a’lam bi shawwab

—–

Tulisan ini, kami kembangkan berdasarkan materi yang disampaikan oleh guru kita, Dr. Aam Amirudin, M.Si. pada Majelis Percikan Iman (MPI) setiap Ahad, di Masjid Peradaban Percikan Iman Arjasari selama bulan Juli 2024

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic