Percikan Iman – “Kita justru yang harusnya bersyukur ketika kita berzakat, terus ada yang (masih) mau menerima,” kata salah satu guru kita, Ustadz Ali Nurdin ketika berbagi ilmu tentang zakat di momen I’tikaf Perdana Masjid Peradaban pada Ramadhan lalu.
Selaku manusia, kita tentu kecewa, ketika kita sudah “susah-susah” mengalahkan ego dan akhirnya mau mengeluarkan sebagian harta kita, eh malah tak ada yang menerima.
Di sisi lain, ketika masih ada yang mau menerima zakat kita, artinya harta kita berpeluang mengalir, mngkalilipatkan manfaat. Yang tadinya sekadar memenuhi perut ktia yang segitu-gitunya, kini bisa dibelanjakan untuk kepentingan orang lain.
Bagi sebagian orang, mengeluarkan sebagian harta untuk zakat atau beribadah pada Allah S.W.T. itu begitu berat. Padahal bisa jadi, tak seberapa jika dibandingkan dengan harga ponsel kita, harga kendaraan kita, bahkan bisa jadi tak seberapa dibandingkan dengan konsumsi kuota atau bahan bakarnya.
Memang ibadah itu berat, bukankah hadiahnya syurga? Yang kenikmatannya tak terbayangkan karena terbatasnya ilmu kita.
Namun, tahukah sahabat, jika sedikit harta yang berat kita keluarkan itu Allah S.W.T. menghargainya dengan luar biasa?
Dengan mengeluarkan zakat fitrah, sejatinya Allah S.W.T. membersihkan harta kita, dengan zakat dosa-dosa kita diampuni, harta zakat juga akan melindungi kita pada hari akhir, dan juga dapat kita rasakan secara instan ialah membuat hati terasa tenang.
Dengan belanja barang, dengan berwisata, hati kadang malah gelisah, begitupun ketika mengeluarkan sebagiannya untuk investasi. Cukup dengan mengeluarkan sebagiannya untuk zakat, ketenangan akan muncul dalam hati.
Di sisi lain, tahukah sahabat, kebahagiaan yang mungkin mereka dapatkan keteika menerima zakat?
Mungkin yang kita berikan hanya jatah uang makan satu hari. Namun, bagi mereka yang menerima, bisa jadi makanan yang paling membahagiakan di hari itu. Akhirnya, mereka dapat makan dengan kenyang di hari tersebut.
Alhamdulillah, zakat fitrah yang sahabat titipkan pada kami, telah kami salurkan tepat di pagi raya, menjelang shalat id. Melalui para duta yang notabene merupakan bagian dari penduduk di daerahnya, Insya Allah, sampai pada orang yang tepat.
Penulis yakin, kebahagiaan itu kian sempurna ketika kwajiban telah tertunaikan, ketika kebahagiaan kita juga dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan.
Semoga pahala zakat fitrah yang sahabat berikan dapat menjadi sebab turunnya cinta Allah S.W.T. pada kita semua. Yang salah satu cirinya ialah menjadikan kita “ketagihan” beramal sholeh.