Percikan Iman – Ketika daging qurban kita sampaikan pada salah satu penghuni rumah, kita layak berbahagia karena kebahagiaan sejati itu dapat kita temui ketika berbagi. Namun, benarkah pemberian kita membahagiakan bagi penerimanya?
Daging memang merupakan salah satu simbol makanan mewah buat sebagian orang. Namun, kemewahan itu nampak ketika daging tersebut sudah matang, matang sempurna, tersaji dengan apik di meja makan.
Sayangnya, sebagian orang malah bingung ketika menerima daging yang masih berwarna merah. Sebagian bingung karena memang tak beratap, sebagiannya bingung karena tak ada dapur yang memadai untuk memasaknya; sedang tak ada uang untuk membeli gas atau tak ada bumbu-bumbu untuk menambah citarasa.
Sebagiannya, ada juga bingung karena mereka sedang merantau dengan tempat tinggal sementara yang tidak memadai.
Akibatnya, kami membayangkan, daging qurban yang mudhohi dalam keputusannya terselip niat berbagi tersebut, berakhir teronggok di pojokan atau terbiarkan hingga membusuk, tak kunjung masuk panci masak.
Itulah fenomena yang kami pernah temui pada perayaan di Idul Adha tahun-tahun sebelumnya. Ketika kami memberi daging qurban, bukan wajah bahagia yang kami temui, justru mereka terlihat bingung.
Mereka ialah yang dapat kita lihat di pinggir jalan sedang menarik gerobak dengan anak-istri yang turut dibawa. Bukan karena sedang bekerja, namun karena memang “rumah” mereka ialah gerobak tersebut. Mereka ialah para pegawai harian yang pendapatannya jauh dari memadai, dan mereka ialah kaum pemborong proyek bangunan misalnya.
Mereka-lah sasaran utama Paket Siap Santap. Mereka kerap kali kita temui di pinggir-pinggir jalan. Mereka turut “memeriahkan” fenomena sosial-ekonomi yang begitu apa adanya.
Memang tidak ada keterangan Al-Qur’an atau Hadits yang menjelaskan ketentuan ini. Namun, ini merupakan ijtihad kami dengan menganggarkan sebagian daging qurban untuk para fakir miskin. Kemudian, kami masakkan karena kondisi tersebut.
Kami berharap, daging qurban yang kita hantarkan tidak lagi membuat mereka bingung. Juga, daging dengan spirit berbagi itu tidak sia-sia, malah kian bernilai di mata penerimanya.
Realitanya, ketika kami membagikan Paket Siap Santap pada mereka, betapa hangat senyum kebahagiakan terpancar dari wajah mereka. Semoga itu pertanda mereka ridho dengan apa yang mereka terima.
Itulah salah satu spirit “Qurbanku Ibadah Terbaikku”. Kita dapat memberi nilai tambah pada harga terbaik yang sudah para mudhohi keluarkan, namun juga dapat sampai di tangan penerimanya dengan cara terbaik.