Sahabat Percikan Iman, setidaknya ada 32 ayat di dalam Al Qur’an yang berbicara tentang ridha Allah. Ridha berasal dari bahasa arab yang secara etimologi terbentuk dari kata-kata rhadiya-yardhaa, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, yang biasa kita padankan dengan kata ikhlas atau puas menerima ataupun telah merestui sesuatu bagaimanapun keadaannya. Di antara asma’ul husna (nama-nama Allah yang indah) kita mengenal, Ar-Ridhwan, yang artinya, yang Maha Meridhai.
Cara Menggapai Ridha Allah
Pada kesempatan kali ini kita akan bahas dua ayat saja.
Yang pertama (QS. Al-Maidah: 119)
قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar”.
Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang yang masuk surga karena mereka memperoleh manfaat dan hasil atas apa yang mereka usahakan di dunia. Di dunia ini bisa jadi sesuatu yang benar di anggap salah dan yang salah di anggap benar. Standar kebenaran yang paling benar adalah standar dari Allah Swt.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa akan datang pada suatu zaman di mana pendusta di anggap pahlawan, sehingga kebenaran pun akan susah untuk di temukan.
سَيَأتِي عَلَى النَّاس سَنَوَات خَدَّاعَات، يُصَدَّق فِيهَا الكَاذِب ويُكَذَّب فِيهَا الصَّادِق، ويُؤْتَمَن فِيهَا الخَائِن ويُخَوَّن فِيهَا الأَمِين، ويَنْطِق فِيهَا الرُّوَيْبِضَة، قِيْلَ: ومَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: الرَّجُل التَّافِه في أمْر العَامَّة
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum.” (HR. Al-Hakim).
Pembahasan kita dalam ayat ini adalah yang Allah sebutkan adalah surga dahulu kemudian ridha Allah. Artinya adalah jika Allah ridha pasti surga pun akan di dapatkan.
Ridha Allah adalah kunci serta penghias surga. Ketika surga bisa di raih itulah kemenangan yang Agung karena untuk mendapatkan keridhaan Allah itu memerlukan perjuangan yang panjang melawan dorongan-dorongan yang buruk harus di kalahkan.
Kemudian dalam surat lain (QS. Al Bayyinah: 7-8).
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
Dalam ayat ketujuh bahwa orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan itu adalah sebaik-baik makhluk. Artinya adalah makhluk yang paling baik adalah yang pandai mengisi hidupnya dengan iman dan amal sholeh.
Amal sholeh artinya amal yang akan maslahat bagi dirinya dan orang lain. Itulah amal-amal utama yang akan mendatangkan keridhaan Allah.
Kemudian ayat kedelapannya adalah merekalah penghuni surga Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-NYA. Maka mencari ridha Allah itu sangatlah penting dan ridha Allah itu puncak dari kenikmatan di akhirat, itu semua di peruntukkan bagi orang-orang takut kepada Allah.
Sahabatku, Bagaimanakah untuk mendapatkan ridha Allah:
(1) Jagalah dan rawat kesucian Aqidah/tauhid/keimanan.
Di dalam sholat kita sering mengulang-ngulang surat Al Fatihah, salahsatunya ayat kelima yang berbunyi: ” Iyyaakana’budu wa iyyaakasta’iin.”
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Itu adalah janji kita kepada Allah, Allah itu ridha kepada orang-orang yang hanya menghamba kepada-NYA. Dalam kehidupan pasti setiap orang mempunyai masalah baik kelebihan ataupun kondisi kekurangan. Maka orang-orang yang senantiasa menjaga aqidahnya pasti akan mengadukan semua itu hanya kepada Allah tidak kepada selain-NYA.
Dan Na’udzubillaah ketika seseorang itu meminta kepada selain Allah jika tidak bertaubat kemudian terbawa mati maka Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut. (QS. An Nisa: 116).
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Cara agar kita agar lebih memahami aqidah ini adalah dengan cara banyak belajar dan berusaha untuk memahami agama Islam ini. (QS. Muhammad: 19)
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
- Menjadi penolong agama Allah. (QS. Ash- Shaff: 14)
Dengan mempelajari Al Qur’an, menyeru manusia kejalan kabaikan itu adalah contoh diantaranya menolong agama Allah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Seperti para Nabi-Nabi terdahulu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ ۖ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ ۖ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَىٰ عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
(2) Bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam beramal.. Didalam QS. Al Bayyinah: 5 disebutkan bahwa
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al Mulk: 2).
Sahabatku Percikan Iman, kita harus ikhlas dalam mena’ati perintah Allah dengan menjalankan perintah-perintah Allah, seperti : melaksanakan sholat, menunaikan zakat serta jalan yang lurus artinya jauh dari kesyirikkan dan kesesatan.
Dalam kehidupan keseharian kita, sebagai orang tua wajib mendidik keluarga dengan sungguh-sungguh dengan cara yang terbaik. Dan ini merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah. Cara mendidik yang baik, tidak boleh dengan cara kekerasan dan pemaksaan. Berikut ini ada empat cara konsep mendidik utama, yakni :
Penyayang (dengan cara yang lembut)
- Lisannya tidak boleh melaknat (pembicaraan yang benar)
- Pembiasaan yang baik
- Memberi contoh yang benar.
- Dan kesungguh-sungguhan dalam hal ini, sangat perlu pembiasaan karena tak bisa instan
(3) Kendalikan hawa nafsu.
Dalam diri manusia ada dua dorongan nafsu yang saling tarik menarik dari awal hidup sampai dengan kita mati. Yaitu dorongan nafsu baik dan nafsu buruk. Jika kita ingin mendapatkan ridha Allah, maka kita harus berjuang untuk mengendalikan nafsu buruk yang telah melekat pada diri kita.
(QS. An- Naz’iat: 40-41).
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
Wallahu’alam bishshawab.
Resume kajian Ust.Dr. Aam Amiruddin, M.Si
Kamis, 11 April 2019 di Mesjid Al Murabbi
Siti Hajar dan ditulis oleh Ika Kartika (@kartikamuslimah)
_______