Ciri-ciri Pecinta Allah S.W.T.

Percikan Iman – Setelah kita berikrar lailaaha illallah, konsekuensinya, tiada lagi keyakinan pada selain Allah. Karena itu, kita harus senantiasa hanya berharap pada Allah S.W.T.

Jangan pernah, sekali-kali melabuhkan harapan pada makhluk, kecuali Anda siap kecewa. Sebagaimana yang Ali bin Abi Thalib R.A. pernah sampaikan, “Tiada yang lebih menyakitkan melainkan ketika kita berharap pada makhluk.”

Artinya, kalau harapan kita labuhkan pada makhluk, siapkan mental untuk kecewa. Manusia itu Pemberi Harapan Palsu. sedangkan Allah Pemberi Harapan.

Kemudian, ciri pribadi muslim selanjutnya ialah menjadikan Allah S.W.T. sebagai satu-satunya yang paling dicintai (Al-Mahbub).

Salah satu bentuknya terimplementasi dalam hobi (hubb). Sesuatu yang membuat kita tertarik, aman, nyaman, anteng berjam-jam (itmi’nan). Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Baqarah: 165

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ

Di antara manusia ada yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Seandainya orang-orang zalim itu mengetahui, ketika melihat azab bahwa semua kekuatan itu milik Allah dan azab Allah sangat berat, pasti mereka menyesal,

Tanda-tanda orang mencintai itu, salah satunya ialah sering menyebut namanya, senantiasa ingat padanya. Artinya, ketika kita cinta pada Allah S.W.T. maka akan sering ingat dan menyebut-nyebut nama-Nya. Sebagaimana termaktub dalam surat Ali-Imron ayat 191

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit serta bumi sambil berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.

Ciri mencintai kedua yaitu, menunjukkan kekaguman. Sebagaimana ketika pertemuan pertama dengan pasangan kita, pasti kala itu muncul rasa kagum, itulah cinta.

Cara menunjukkan kekaguman pada Allah S.W.T. yaitu dengan bersyukur, mengucap hamdalah meski terhadap rizki yang di mata kita kecil. Kemudian, tidak mengeluh. Juga, ketika ada yang memuji kita, kita menyebut Alhamdulillah.

Jika kita belum sampai pada tahap tersebut, kita dapat menempuhi jalan yang dapat menumbuhkan kekaguman. Ialah bertafakur. Kita dapat memulainya dengan mentafakuri tubuh kita yang Allah S.W.T. ciptakan dengan sebaik-baiknya rupa dan bentuk.

Pantaslah seorang ahli hikmah yang pernah berujar, “Barang siapa yang mengenali diri sendiri, dia akan mengenal Rabb-Nya.”

Selanjutnya, ciri mencintai yang ketiga ialah rela dan menerima. Perintah-larangan, maupun takdir. Dalam satu hadits disebutkan, “Akan merasakan kelezatan iman mereka yang menerima Allah S.W.T. sebagai Rabb-nya, Rasulullah S.A.W. sebagai panutan, dan Islam sebagai agamanya”.

Tanda cinta pada Allah S.W.T. selanjutnya yaitu, mampu melakukan pengorbanan (tadhhiyah). Sebagaimana termaktub dalam Al-Baqarah ayat 207.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ

Di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Sungguh, Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

Contohnya pengorbanan para sahabat yang berhijrah ke Madinah. Salah satu yang masyhur ialah kisah Suhaib bin Sinan. Ia sampai meninggalkan seluruh hartanya di Mekah. Tentunya juga pengorbanan sahabat ketika mendatangi ke Majelis Percikan Iman.

Ciri berikutnya orang yang mencintai Allah S.W.T. ialah senantiasa ta’at. Apapun perintah Allah S.W.T. dilaksanakan, apapun yang Allah S.W.T. larang dijauhi. Sebagaimana termaktub dalam surat At-Taubah ayat 71
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian lain. Mereka menyuruh berbuat yang ma‘ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Wallahu a’lam bish shawwab


Tulisan merupakan resume dari serial Kajian Tematik “Menjadi Pribadi Excellent” yang disampaikan oleh Ustadz Wahyu Gunawan dalam Majelis Percikan Iman (MPI) 25 September 2022 di Masjid Peradaban Percikan Iman Arjasari.

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *