Selasa 30 Desember 2008, saya memimpin aksi Remaja Masjid se-DKI Jakarta untuk Solidaritas Palestina. Aksi kami dimulai dari jalan Kimia Jakarta Pusat melewati Salemba kemudian menuju Kedubes Mesir. Aksi itu dihadiri ratusan utusan remaja masjid dari 5 wilayah kotamadya DKI Jakarta.
Sampai Kedubes, tiga orang utusan massa kami diterima langsung oleh Dubes Mesir, saya salah satunya. Sesampainya didalam ruangan, ternyata telah berkumpul kru pers dari berbagai media, dari elektronik sampai cetak. Kepada Dubes, kami menyampaikan bahwa salah satu tuntutan aksi kami adalah meminta pemerintah Mesir untuk membuka jalur Rafah agar bantuan kepada rakyat Palestina bisa masuk. Sang Dubes menanggapi bahwa jalur Rafah sudah dibuka sejak lima hari yang lalu, beliau juga menjelaskan bahwa pemerintah Mesir juga bersedih hati dengan pembantaian Israel terhadap bangsa Palestina, karena bangsa Mesir yang muslim merasa bahwa muslim Palestina adalah saudara mereka.
Saya sempat mengajukan pertanyaan kepada Dubes Mesir itu, kalau sudah dibuka dari 5 hari lalu, kenapa berita itu tidak terekspos, justru kabar yang kami terima sampai saat ini (saat kami berbincang) Jalur itu belum dibuka oleh Mesir. Dubes menjelaskan bahwa itu disebabkan wartawan yang meliput disana yang ada hanya dari stasiun TV CNN dan BBC, tidak ada stasiun TV dari negeri Islam, makanya beritanya berbeda. Kami sempat lega mendengar informasi itu, berharap saudara kami di Palestina bisa menerima bantuan bahan makanan dan obat-obatan serta senjata. Informasi itu kami sampaikan kepada rekan-rekan yang menunggu diluar gerbang Kedubes, mereka pun menyambut berita itu dengan takbir. Allahu Akbar.
Tidak sampai satu jam setibanya kami di markas JPRMI Jakarta, kami mendapat informasi akurat langsung dari Mesir, bahwa pernyataan Dubes Mesir itu adalah bohong. Mesir belum membuka jalur Rafah untuk membantu saudara-saudara mereka di Palestina. Kami semua terperangah mendengarnya, tak percaya bahwa seorang Duta Besar yang mewakili sebuah bangsa muslim di timur tengah, melakukan kebohongan publik. Dia menyatakan dengan yakin dihadapan kamera dan recorder insan pers.
Kebohongan publik sang duta besar adalah hal yang serius. Tidak mungkin rasanya seorang penjabat yang mewakili sebuha negara dengan mudahnya memberikan info yang salah apalagi sebuah kebohongan dengan sengaja di hadapan media. Apa motifnya? Apakah ingin menyelamatkan muka Bangsa Mesir? Karena memang Mesir saat ini lebih cenderung membela Israel daripada mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Hari ini, sepekan setelah aksi itu, saya mendengar berita bahwa 14 dari 15 negara anggota DK PBB (kecuali Amerika Serika) menyepakati sebuah Resolousi gencatan senjata. Berita ini memberikan sebenarnya sedikit menghimbur, namun saya kaget ketika DK PBB memutuskan menunjuk Husni Mubarak selaku Presiden Mesir menjadi mediator.
Pikiran saya langsung menerawang pada kebohongan publik sang Dubes Mesir di Indonesia sepekan lalu. Padahal, Husni Mubarak adalah sosok kontroversial di mata kaum muslimin. Banyak kebijakan-kebijakannya yang tidak menguntungkan bangsa Palestina dan cenderung melakuakn pembiaran agresi Israel terhadap Palestina terjadi.
Akhirnya kita bisa mengambil benang merah dari rangkaian fakta itu, ini semua adalah sebuah rangkaian skenario. Israel dan Amerika telah melakukan Konspirasi global dengan melibatkan negara-negara di sekitar Palestina untuk melemahkan dan menghabisi para pejuang Palestina.
Lihat saja mengapa ditengah kondisi dunia yang tengah bersiap diri menghadapi krisis global, Israel menghambur-hamburkan amunisi yang tidak murah harganya. Seakan-akan Israel sedang kejar target. Apakah ada kaitannya dengan krisisnya yang melanda Amerika yang semakin menghebat? Jangan-jangan mereka khawatir krisis itu akan melemahkan daya dukung negara adidaya itu, sementara perekonomian negara-negara liga Arab tampak akan tetap stabil. Jadi sebelum krisis itu benar-benar menghancurkan Amerika, mereka terlebih dahulu meluluhlantakkan infrastruktur Palestina.
Arab Saudi pun enggan mengembargo minyak untuk Israel dan negara-negara liga Arab seakan acuh saja terhadap penderitaan rakyat Palestina. Padahal disanalah terletak kiblat pertama ummat Islam, yang seharusnya ummat Islam seluruh dunia mempertahankannya bagaimanapun caranya. Tampaknya zionis Internasional mampu memanfaatkan dampak psikiologi dari krisis global ini, mereka seakan tahu bahwa andalan komoditas negara-negara Arab adalah minyak, dan dalam kondisi krisis global ini, negara-negara Arab akan berusaha mempertahankan kondisi perekonomian mereka tetap stabil. Untuk itulah mereka harus mempertahankan harga minyak dunia dan penjualannya ke negara-negara konsumen.
Peristiwa Palestina kali ini sedikit banyak menggambarkan kondisi ummat Islam saat ini. Ummat Islam saat ini dalam kondisi lemah tak berdaya. Sistem Demokrasi maupun sistem Theokrasi yang dianut negeri kaum muslimin tak membuat mereka menjadi lebih berdaya. Sistem-sistem itu justru bagaikan sekat yang membuat mereka semakin jauh dari nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, serta mempersulit ummat Islam antar bangsa dan negara untuk saling bahu membahu saling membela satu dengan yang lainnya. Padahal musuh bersama sudah jelas didepan mata, tapi persatuan itu tak kunjung terwujud. Jangan-jangan ummat ini harus dibuat tersentak dengan kejadian yang lebih dahsyat lagi agar bisa bersatu?
Mungkin kita semua menunggu sampai Masjid Al-Aqsha benar-benar direbut dan dihancurkan oleh Israel? Apakah jika itu terjadi ummat Islam seluruh dunia benar-benar bersatu dan bergerak? Saya tidak yakin, selama negara-negara liga arab masih berada dibawah kangkangan Amerika dan Yahudi, mereka akan selalu menemukan 1001 alasan untuk menahan diri tak melakukan apa-apa.
Bisa jadi inilah salah satu bagian dari akhir zaman, menunggu datangnya Sang Pemersatu yang didalam hadits dijuluki Al-Mahdi. Saya Yakin Allah SWT TIDAK PERNAH TIDUR, DIA Tidak akan membiarkan rumahNya yang menjadi kiblat utama bagi ummat Islam direbut bangsa Yahudi. Saat ini DIA sedang menguji keteguhan iman dan kesabaran bangsa Palestina, serta menguji hati-hati orang beriman di seluruh penjuru dunia, masih adakah rasa persaudaraan dan kepeduliaan dihati mereka terhadap saudara-saudara mereka yang selama ini menjadi pembela Masjid Al-Aqsha.
Dibalik itu semua, semua mata saat ini tertuju pada Palestina, sebuah negeri yang diatasnya berdiri Kiblat pertama ummat Islam. Semua mata itu akan terus tertuju kesana hingga menyaksikan zionis Israel dihancurkan oleh tentara-tentara Allah SWT. Allah SWT pernah menurunan ababil untuk menyelamatkan Ka’bah rumahNya, bukan tidak mungkin DIA akan menurunkan sebuah pertolongan yang sama dasyatnya untuk menyelamatkan rumahNYa, Al-Aqsha.
Wallahu a’lam
sumber : warnaislam.com
Sampai Kedubes, tiga orang utusan massa kami diterima langsung oleh Dubes Mesir, saya salah satunya. Sesampainya didalam ruangan, ternyata telah berkumpul kru pers dari berbagai media, dari elektronik sampai cetak. Kepada Dubes, kami menyampaikan bahwa salah satu tuntutan aksi kami adalah meminta pemerintah Mesir untuk membuka jalur Rafah agar bantuan kepada rakyat Palestina bisa masuk. Sang Dubes menanggapi bahwa jalur Rafah sudah dibuka sejak lima hari yang lalu, beliau juga menjelaskan bahwa pemerintah Mesir juga bersedih hati dengan pembantaian Israel terhadap bangsa Palestina, karena bangsa Mesir yang muslim merasa bahwa muslim Palestina adalah saudara mereka.
Saya sempat mengajukan pertanyaan kepada Dubes Mesir itu, kalau sudah dibuka dari 5 hari lalu, kenapa berita itu tidak terekspos, justru kabar yang kami terima sampai saat ini (saat kami berbincang) Jalur itu belum dibuka oleh Mesir. Dubes menjelaskan bahwa itu disebabkan wartawan yang meliput disana yang ada hanya dari stasiun TV CNN dan BBC, tidak ada stasiun TV dari negeri Islam, makanya beritanya berbeda. Kami sempat lega mendengar informasi itu, berharap saudara kami di Palestina bisa menerima bantuan bahan makanan dan obat-obatan serta senjata. Informasi itu kami sampaikan kepada rekan-rekan yang menunggu diluar gerbang Kedubes, mereka pun menyambut berita itu dengan takbir. Allahu Akbar.
Tidak sampai satu jam setibanya kami di markas JPRMI Jakarta, kami mendapat informasi akurat langsung dari Mesir, bahwa pernyataan Dubes Mesir itu adalah bohong. Mesir belum membuka jalur Rafah untuk membantu saudara-saudara mereka di Palestina. Kami semua terperangah mendengarnya, tak percaya bahwa seorang Duta Besar yang mewakili sebuah bangsa muslim di timur tengah, melakukan kebohongan publik. Dia menyatakan dengan yakin dihadapan kamera dan recorder insan pers.
Kebohongan publik sang duta besar adalah hal yang serius. Tidak mungkin rasanya seorang penjabat yang mewakili sebuha negara dengan mudahnya memberikan info yang salah apalagi sebuah kebohongan dengan sengaja di hadapan media. Apa motifnya? Apakah ingin menyelamatkan muka Bangsa Mesir? Karena memang Mesir saat ini lebih cenderung membela Israel daripada mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Hari ini, sepekan setelah aksi itu, saya mendengar berita bahwa 14 dari 15 negara anggota DK PBB (kecuali Amerika Serika) menyepakati sebuah Resolousi gencatan senjata. Berita ini memberikan sebenarnya sedikit menghimbur, namun saya kaget ketika DK PBB memutuskan menunjuk Husni Mubarak selaku Presiden Mesir menjadi mediator.
Pikiran saya langsung menerawang pada kebohongan publik sang Dubes Mesir di Indonesia sepekan lalu. Padahal, Husni Mubarak adalah sosok kontroversial di mata kaum muslimin. Banyak kebijakan-kebijakannya yang tidak menguntungkan bangsa Palestina dan cenderung melakuakn pembiaran agresi Israel terhadap Palestina terjadi.
Akhirnya kita bisa mengambil benang merah dari rangkaian fakta itu, ini semua adalah sebuah rangkaian skenario. Israel dan Amerika telah melakukan Konspirasi global dengan melibatkan negara-negara di sekitar Palestina untuk melemahkan dan menghabisi para pejuang Palestina.
Lihat saja mengapa ditengah kondisi dunia yang tengah bersiap diri menghadapi krisis global, Israel menghambur-hamburkan amunisi yang tidak murah harganya. Seakan-akan Israel sedang kejar target. Apakah ada kaitannya dengan krisisnya yang melanda Amerika yang semakin menghebat? Jangan-jangan mereka khawatir krisis itu akan melemahkan daya dukung negara adidaya itu, sementara perekonomian negara-negara liga Arab tampak akan tetap stabil. Jadi sebelum krisis itu benar-benar menghancurkan Amerika, mereka terlebih dahulu meluluhlantakkan infrastruktur Palestina.
Arab Saudi pun enggan mengembargo minyak untuk Israel dan negara-negara liga Arab seakan acuh saja terhadap penderitaan rakyat Palestina. Padahal disanalah terletak kiblat pertama ummat Islam, yang seharusnya ummat Islam seluruh dunia mempertahankannya bagaimanapun caranya. Tampaknya zionis Internasional mampu memanfaatkan dampak psikiologi dari krisis global ini, mereka seakan tahu bahwa andalan komoditas negara-negara Arab adalah minyak, dan dalam kondisi krisis global ini, negara-negara Arab akan berusaha mempertahankan kondisi perekonomian mereka tetap stabil. Untuk itulah mereka harus mempertahankan harga minyak dunia dan penjualannya ke negara-negara konsumen.
Peristiwa Palestina kali ini sedikit banyak menggambarkan kondisi ummat Islam saat ini. Ummat Islam saat ini dalam kondisi lemah tak berdaya. Sistem Demokrasi maupun sistem Theokrasi yang dianut negeri kaum muslimin tak membuat mereka menjadi lebih berdaya. Sistem-sistem itu justru bagaikan sekat yang membuat mereka semakin jauh dari nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, serta mempersulit ummat Islam antar bangsa dan negara untuk saling bahu membahu saling membela satu dengan yang lainnya. Padahal musuh bersama sudah jelas didepan mata, tapi persatuan itu tak kunjung terwujud. Jangan-jangan ummat ini harus dibuat tersentak dengan kejadian yang lebih dahsyat lagi agar bisa bersatu?
Mungkin kita semua menunggu sampai Masjid Al-Aqsha benar-benar direbut dan dihancurkan oleh Israel? Apakah jika itu terjadi ummat Islam seluruh dunia benar-benar bersatu dan bergerak? Saya tidak yakin, selama negara-negara liga arab masih berada dibawah kangkangan Amerika dan Yahudi, mereka akan selalu menemukan 1001 alasan untuk menahan diri tak melakukan apa-apa.
Bisa jadi inilah salah satu bagian dari akhir zaman, menunggu datangnya Sang Pemersatu yang didalam hadits dijuluki Al-Mahdi. Saya Yakin Allah SWT TIDAK PERNAH TIDUR, DIA Tidak akan membiarkan rumahNya yang menjadi kiblat utama bagi ummat Islam direbut bangsa Yahudi. Saat ini DIA sedang menguji keteguhan iman dan kesabaran bangsa Palestina, serta menguji hati-hati orang beriman di seluruh penjuru dunia, masih adakah rasa persaudaraan dan kepeduliaan dihati mereka terhadap saudara-saudara mereka yang selama ini menjadi pembela Masjid Al-Aqsha.
Dibalik itu semua, semua mata saat ini tertuju pada Palestina, sebuah negeri yang diatasnya berdiri Kiblat pertama ummat Islam. Semua mata itu akan terus tertuju kesana hingga menyaksikan zionis Israel dihancurkan oleh tentara-tentara Allah SWT. Allah SWT pernah menurunan ababil untuk menyelamatkan Ka’bah rumahNya, bukan tidak mungkin DIA akan menurunkan sebuah pertolongan yang sama dasyatnya untuk menyelamatkan rumahNYa, Al-Aqsha.
Wallahu a’lam
sumber : warnaislam.com