Perhiasan Rumah Tangga 

Percikan Iman – Mengejar akhirat, bukan berarti tidak menghiraukan aspek kesenangan duniawi sama sekali. Punya pasangan yang rupawan-mapan-berwawasan-dermawan, apakah tidak boleh? Tentu boleh. Jika kita berada dalam misi beribadah pada Allah Swt. bukankah fasilitas dapat membantu kita jadi lebih khusyu’

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, 

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ

“Ada tiga hal yang membahagiakan dan menyengsarakan manusia. Yang membahagiakan manusia adalah: (1) istri salehah, (2) tempat tinggal yang baik, (3) kendaraan yang menyenangkan. Yang menyengsarakan manusia adalah: (1) istri yang tidak saleh, (2) tempat tinggal yang jelek, (3) kendaraan yang tidak menyenangkan.” (HR. Ahmad, 1:168. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih) 

Dari hadits tersebut, kita dapat mengetahui, bahwa Islam mengakui aspek-aspek yang bisa membuat seseorang merasa senang dan kita boleh mengupayakannya. Ibarat perhiasan, mereka membuat kita merasa hidup kita indah. Hanya, karena perhiasan, seseorang bisa sombong atau bosan sehingga menumpuk tidak terpakai. 

Yang pertama, pasangan sholeh. Bayangkan Anda menikah dengan lelaki kaya, ganteng, tapi pelit. Atau bapak-bapak, Anda menikah dengan perempuan cantik, tapi segala dikomentarin tanpa mempertimbangkan situasi, termasuk ketika Anda meminta bantuan padanya. Kami yakin, hidup Anda akan agak terganggu. Karena itu, bukan sembarang cantik, tapi sholehah. Itulah faktor utama. 

Perempuan sholeh, walaupun ekonomi rumah tangganya terguncang, misal suami kena PHK atau bisnisnya bangkrut, setidaknya mulutnya terjaga dari mencaci. Ketika suaminya terlilit hutang, dia tak serta merta mempersalahkan suaminya. Mulutnya, perilakunya terjaga. Meski dia belum bisa mendukung secara langsung, setidaknya tidak menambah beban Anda dengan kalimat-kalimat yang makin menyesakkan dada. 

Pun, ketika Allah Swt. lapangkan, dia tak serta merta meminta balas jasa atau jadi foya-foya. Dia tetap menjaga kehormatannya saat suami tidak di rumah. Akhlaknya terjaga dalam prinsip-prinsip syukur, termasuk dalam lingkup pergaulan dalam masyarakat. 

Se-sholeh-sholehnya suami di mata orang lain, nilainya akan jatuh manakala perilaku istrinya tidak mencerminkan ke-sholehan sebagaimana suaminya. Itulah yang namanya perhiasan, kehadirannya memperindah. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR. Muslim, no. 1467)

Pantaslah, Rasulullah Saw. mendorong kita agar mempertimbangkan aspek ke-sholeh-an dalam menentukan kriteria pasangan kita. Jika tidak, maka seseorang akan merugi. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda,

تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأرْبَعٍ: لِمالِها ولِحَسَبِها وجَمالِ  ولِدِينِها، فاظْفَرْ بذاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَداكَ

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari no.5090, Muslim no.1466).

Lantas bagaimana ciri-ciri perempuan sholehah itu? Rasulullah Saw. mengemukakan asas ciri-ciri perempuan sholehah dalam hadits berikut ini, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251)

Hanya, tidak adil jika kesenangan dalam rumah tangga hanya sepihak. Perempuan sholehah pun layak memiliki pasangan yang sholeh sehingga terjalin harmoni. Potensi kesholehan perempuan akan terpancar jika yang menjadi suaminya pun menjaga perannya, yang paling utama adalah sebagai pemimpin sekaligus pencari nafkah dalam rumah tangga. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat An-Nisa ayat 34, 

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا 

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian laki-laki atas perempuan dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian harta mereka. Maka, perempuan-perempuan yang saleh adalah perempuan yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah menjaga mereka Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan berbuat nusyūz hendaklah kamu menasihati mereka, pisahlah dari tempat tidur mereka (pisah ranjang), dan jika perlu, pukullah mereka. Namun, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menceraikannya. Sesungguhnya, Allah Mahatinggi, Mahabesar. 

Hanya, selaku perempuan yang cenderung menunggu, maka pantang baginya untuk melewatkan satu kesempatan pun jika datang padanya. Kita dapat menemukan penekanan Rasulullah Saw. pada aspek kesholehan pada pihak calon suami itu lebih kuat. Pasalnya, ini terkait dengan kepemimpinan dalam rumah tangga. Bagaimana bahtera rumah tangga bisa selamat, jika suaminya tidak punya karakter sholeh; bertaqwa dan ditunjang dengan wawasan agama yang memadai. Dari Abu Hatim Al Muzanni radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW juga bersabda,

إذا جاءَكم مَن ترضَونَ دينَه وخُلقَه فأنكِحوهُ ، إلَّا تفعلوا تَكن فتنةٌ في الأرضِ وفسادٌ

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi” (HR. Tirmidzi no.1085.)

Selanjutnya, sesuai dengan fitrahnya, manusia ada rasa cinta pada harta, dalam hal ini rumah dan kendaraan. Memilikinya, akan meningkatkan rasa kasih sayang antara pasangan suami istri. Seorang suami wajib menyediakan tempat tinggal yang memadai bagi istrinya sehingga terjaga “perhiasan” yang ada pada dirinya. Pun ekspresi ke-sholehan pada dirinya dapat ia ekspresikan dengan lebih laluasa. Rumah merupakan area di mana aurat boleh terlihat, maka jika suami menginginkan suasana lebih intim, menyediakan rumah adalah salah satu yang harus diutamakan. Dalam Qur’an, penggalan pertama surat At-Thalaq ayat 6, Allah Swt. berfirman, 

اَسْكِنُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِّنْ وُّجْدِكُمْ وَلَا تُضَاۤرُّوْهُنَّ لِتُضَيِّقُوْا عَلَيْهِنَّۗ وَاِنْ كُنَّ اُولَاتِ حَمْلٍ فَاَنْفِقُوْا عَلَيْهِنَّ حَتّٰى يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّۚ فَاِنْ اَرْضَعْنَ لَكُمْ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّۚ وَأْتَمِرُوْا بَيْنَكُمْ بِمَعْرُوْفٍۚ وَاِنْ تَعَاسَرْتُمْ فَسَتُرْضِعُ لَهٗٓ اُخْرٰىۗ 

Tempatkanlah para istri di tempat kamu bertempat tinggal sesuai kemampuanmu dan jangan kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hatinya. Jika mereka (istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, berilah nafkah sampai mereka melahirkan. Kemudian, jika mereka menyusukan anak-anakmu, berilah biaya hidup kepada mereka dan musyawarahkanlah segala sesuatu di antara kamu dengan baik. Jika menemui kesulitan, perempuan lain boleh menyusukan anak itu untuknya.

Tentu nilai memadai setiap keluarga punya standarnya sendiri-sendiri. Hanya, sesuai fitrahnya, semakin lapang rumah, semakin pasangan suami istri bisa bersenang-senang di dalamnya. 

Setelah itu, jika suami-istri menjalankan konsep pembagian peran suami sebagai pencari nafkah dan istri sebagai ratu di rumahnya. Wajar jika istri ada masanya jenuh berada di rumah. Wajar jika dirinya butuh juga hiburan, jalan-jalan keluar rumah. Untuk ini, tentu mereka membutuhkan kendaraan, apakah milik pribadi atau kemudahan akses ke kendaraan umum. Soal jalan-jalan bersama istri ini, Rasulullah Saw. sudah memberikan kita bimbingan. 

Dalam perjalanan-perjalanan ekspansi dakwahnya, tak jarang, Rasulullah Saw. mengajak salah satu atau beberapa istrinya. Salah satunya, ketika Rasulullah Saw. ekspansi dakwah ke daerah seputaran Mekah, yakni Bani Mustaliq. Pada saat itu, Rasulullah Saw. mengajak bunda Aisyah Ra. Untuk membawa beliau, Rasulullah Saw. menyediakan sekedup yang ditanggung oleh empat orang. Namun, ahli sejarah, ada juga yang mengatakan sekedup yang ditanggung oleh unta. 

Sudah fitrahnya, kita menyenangi ketiga hal tersebut. Karenanya, Islam memperbolehkan kita mengupayakannya. Selama kita berpijak pada niat beribadah pada Allah Swt. menjaga cara-cara memperolehnya, bersabar dalam menghadapi rintangannya, Insya Allah, akan menjadi baik. Pun, ketika Allah Swt. memberikannya, kita tidak terlena, tetapi menjadi sarana untuk tambah khusyu menyembah-Nya. Bukankah menikah adalah salah satu sunnah baginda Rasulullah Saw.? 

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic