Percikan Iman – Mendadak dan bisa kapan saja menjadikan kematian, menurut Imam Al-Ghazali sebagai perkara yang paling dekat dengan kita. Kematian tak mempertimbangkan saat sehat ataupun saat sakit, masih muda atau sudah tua, dia kan tetap datang tanpa miss call terlebih dulu.
Kapan saya atau Anda akan mati? Tak ada siapapun yang dapat menjawabnya. Yang sudah pasti, kematian itu pasti datang. Hanya itu. Kepastian yang paling pasti, kepastian yang tak perlu kita pastikan lagi. Karenanya, pertanyaan tersebut tidak relevan dalam konteks apapun.
Layaknya pertanyaan sahabat pada Rasulullah S.A.W. mengenai kapan waktunya kiamat. Rasulullah S.A.W. malah menjawabnya dengan mengembalikan pertanyaan, “Apa yang sudah kamu siapkan?” Itu karena akhir zaman pun merupakan kepastian. Pasti tiba, namun hanya Allah S.W.T. Sang Pencipta yang Tahu.
Begitupun dengan kematian, pertanyaan yang relevan ialah, “apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi kematian?” Jawabannya, tentu terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Namun, begitu luas dan dalamnya, mari kita buka kembali hasil “menambang” Ustadz Nujaman.
Menurut beliau, hendaknya orang beriman tidak takut dengan kematian. Bagi mereka yang merindukan pertemuan dengan Allah S.W.T. kematian ialah pintu gerbang untuk masuk surga dan bertemu dengan Allah S.W.T.
Selanjutnya, dalam rangka menyongsong kematian terbaik, langkah pertama yang harus kita perbuat ialah menguatkan iman. Iman merupakan penentu yang menjadi landasan segala ikhtiar yang dapat kita lakukan untuk menggapai surga-Nya.
Kedua, menambah terus ilmu. Ilmu ialah sarana menguatkan iman. Selain itu, ilmu juga lah yang dapat membukakan cara-cara dan ketentuan beribadah pada Alah S.W.T. Termasuk di dalamnya, cara mengurus mayit. Mulai dari memandikan, mengkafani, hingga menguburkan.
Ketiga, istiqomah. Displin menjalankan syari’at dalam berbagai aktifitas, berupa ritual ibadah, maupun beragam amal sehari-hari. Menjaga diri dari melanggar batasan dan juga berupaya memenuhi ketentuan agar mendapatkan nilai terbaik di sisi Allah S.W.T.
Keempat, senantiasa bertaubat. Mumpung masih ada waktu, kapan saja, hendaknya kita menikmati setiap ruku dan sujud dengan meminta ampun pada Allah S.W.T. Apalagi, selaku manusia, kita ialah makhluk yang sudah pasti berbuat salah. Entah kita menyadarinya atau tidak.
Ketahuilah, ada dosa-dosa yang tidak kita rasa. Cara menghapusnya yakni dengan istrighfar pada Allah S.W.T.
Sahabat, mari kita songsong kematian dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, memantas-mantaskan diri di hadapan Allah S.W.T. agar layak memperoleh Husnul Khatimah.
Tulisan merupakan pengembangan resume materi yang disampaikan Ustadz Nurjaman pada Kajian Tematik 4 September 2022