Percikan Iman – Innalillaahi wa innaa ilaihii rooji’un. Kita turut berduka cita dengan meninggalnya putera pertama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtaz atau biasa dipanggil ‘Eril’.
Eril kita ketahui berama meninggal karena tenggelam di sungai Aare yang terletak di Swiss. Menaggapi kejadian tersebut, beberapa kalangan, menyatakan jika Eril “Insya Allah” mati dalam keadaan “syahid”. Yakni kondisi kematian terbaik yang menjadi harapan mukminin.
Benarkah mereka yang meninggal karena tenggelam masuk dalam kategori syahid? Bukankah pintu syahid hanya dapat kita temui di medan perang?
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ (رواه مسلم)
“Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah saw bersabda: Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian? Para sahabat menjawab, Wahai Rasulullah, orang yang mati terbunuh karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid. Beliau bersabda: Kalau begitu, sedikit sekali jumlah ummatku yang mati syahid. Para sahabat berkata, Lantas siapakah mereka wahai Rasulullah?
Beliau bersabda: Barangsiapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena suatu wabah penyakit juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid. Ibnu Miqsam berkata, Saya bersaksi atas bapakmu mengenai Hadits ini, bahwa beliau juga berkata, orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid” (HR. Muslim)
Pada hadits tersebut, kita dapat menemukan jika sangkaan kita sama dengan sangkaan para sahabat. Pada hadits tersebut juga Rasulullah S.A.W. menyangkalnya. Pada hadits tersebut juga, Rasulullah S.A.W. menyampaikan, ada enam ragam pintu syahid selain karena terbunuh di jalan Allah S.W.T. (di medan peperangan).
Termasuk di dalamnya mati karena tenggelam.
Jika pintu syahid hanya terbuka di medan perang, benarlah kata Rasulullah S.A.W., maka akan sangat sedikit dari umatnya, yang berpeluang mendapatkan pahala syahid.
Apalagi kita Allah S.W.T. takdirkan tinggal di area yang relatif damai. Jika syahid hanya bisa kita peroleh di medan perang, tentu kita rugi karena kehilangan peluang. Kita harus bersyukur pada Allah S.W.T. karena Ia takdirkan menjadi umatnya Rasulullah S.A.W. di mana pahala syahid Allah S.W.T. perkenankan bisa kita peroleh dari beragam pintu.
Berdasarkan hadits tersebut, kita jadi boleh berprasangka baik jika kita Allah S.W.T. cabut nyawa kita dalam perjalanan menuju majelis ilmu. Misalnya, ketika perjalanan ke MPI. Juga, kita jadi boleh berprasangka baik, jika ada saudara kita yang meninggal dalam kondisi sedang rapat untuk agenda-agenda dakwah atau kemashalhaatan umat.
Itu karena kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk dalam kategori “di jalan Allah”.
Bahkan berdasrkan hadits tersebut, kita juga boleh berprasangka baik pada mereka yang meniggal di atas kasur bila selama hidupnya secara jujur dari hatinya meminta pahala syahid.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ مِنْ قَلْبِهِ صَادِقًا بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ (رواه مسلم)
Dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan jujur dari dalam hatinya, maka Allah akan memberinya pahala syuhada meskipun ia meninggal di atas kasur” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits tersebut juga, kita jadi bisa “ge-er” bila ada saudara kita yang meninggal ketika covid beberapa waktu lalu. Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, masuk kategori Tha’un atau wabah penyakit.
Mereka akan mendapatkan pahala syahid ketika mereka tidak dengan sengaja datang ke daerah wabah alias ditakdirkan tinggal di daerah yang terkena wabah. Kemudian, dia bersabar tidak keluar dari daerah tempat tinggalnya tersebut dengan sabar.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ (رواه البخاري)
Dari ‘Aisyah ra., istri Nabi Saw. berkata; “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang masalah tha’un lalu beliau mengabarkan, bahwa tha’un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha’un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid” (HR. Al-Bukhari)
Berdasarkan hadits tersebut juga, kita jadi boleh “ge-er” ketika ada saudara kita, teman kita, tetangga mukmin kita yang meninggal karena tertimpa bangunan atau longsoran batu. Selama kita beriman, meski kita tetap harus waspada, di sisi lain, kita juga boleh bergembira dengan kabar dari Rasulullah S.A.W. ini.
Berdasarkan hadits tersebut juga kita boleh “ge-er” ketika ada saudara kita yang meniggal ‘hanya’ karena sakit perut dan meninggal karena tenggelam.
Betapa Maha Pemurahnya Allah S.W.T. yang membukakan banyak pintu bagi kita untuk memperoleh pahala syahid.
Dalam banyak kesempatan, guru kita Ustadz Aam Amirudin mengajarkan kita agar senantiasa berdo’a, memohon pada Allah S.W.T. agar mati dalam kondisi syahid. Sahabat dapat mempraktikan do’a yang kerap dipanjatkan oleh Umar bin Khaththab R.A.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِى شَهَادَةً فِى سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ مَوْتِى فِى بَلَدِ رَسُولِكَ – صلى الله عليه وسلم
Ya Allah berikanlah aku anugrah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari 1890)
Juga, beliau mengajarkan kita agar senantiasa menjaga nawaitu kita dalam setiap kegiatan yang baik, siapa tahu kegiatan kita Allah S.W.T catat termasuk kategori fii sabilillah.
Guru kita juga mengajarkan agar kita banyak memanjatkan do’a agar mati layaknya orang-orang yang baik, layaknya orang-orang yang berbakti pada Allah S.W.T. yang Allah S.W.T. ajarkan langsung melalui firmannya dalam surat Ali ‘Imran ayat 193.
رَبَّنَآ اِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُّنَادِيْ لِلْاِيْمَانِ اَنْ اٰمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاٰمَنَّا ۖرَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِۚ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kami pada iman, yaitu ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu.’ Maka, kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
Semoga Allah S.W.T. berkenan menjemput kita dalam keadaan terbaik seraya mendapatkan pahala syahid.