Sabar Syukur, Kombinasi Ideal Manusia Beriman

Apakah manusia dibiarkan saja ketika sudah mengatakan “saya sudah beriman!”. Tentu tidak, Allah telah kabarkan dalam surat Al Ankabut (29) : 2-3 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? 

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Nah salah satu bentuk “ujian” tersebut adalah : kebahagiaan dan kesedihan.

Ujian tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan, dan kesakitan saja, akan tetapi dapat pula berbentuk kesenangan, seperti : kedudukan, harta, dsb। Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Anbiyaa (21) : 35

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Ujian dari Allah yang berupa nikmat harta dan berbagai kesenangan, pada hakekatnya lebih berat daripada ujian dalam wujud kesusahan dan bencana. Orang akan cenderung ingat …dan kembali kepada agamanya….beribadah kembali dengan giat….memohon kembali kepada Tuhannya sambil menangis tersedu-sedu….bila ia tertimpa kesusahan dan bencana. Kebanyakan orang tidaklah demikian bila ia sedang dalam kegembiraan dan kesenangan. Bukankah demikian ? Batapa tidak adilnya kita ….betapa tidak malunya kita !!! Astaghfirullahal’adzim..marilah kita perbanyak istighfar.

Bagaimana seandainya kondisi itu dibalik, tatkala kita menjadi seorang pempimpin, kemudian anak buah kita berperilaku demikian…।dia ingat kita pada saat dirinya menderita …. Dikala senang ‘lupa-lupa ingat’….seperti judul sebuah lagu. Apa yang akan kita lakukan terhadapnya ? Marah ? Menegurnya ? Memecatnya ? Mungkin hal-hal yang berbau nafsu lainnyalah yang akan kita lakukan….akan tetapi Allah Ta’ala ?? Allah Ta’ala tetap Maha Rahman dan Rahiim bukan ? Maha Pengasih dan Penyayang bukan ?

Kekayaan, harta, pangkat, kemegahan, kekuasaan adalah ujian terberat bagi seorang manusia, apabila dia sadar dan mengetahuinya Hal itu pun merujuk pada firman Allah Ta’ala dalam Surat Al ‘Alaq (96) : 6-8

 

كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى

 

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى

 

karena dia melihat dirinya serba cukup.

إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى

 

Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).

Maka Muslim yang ideal adalah yang seperti ternarasikan dalam hadist Rasulullah SAW. Dari Shuhaib bin Sinan RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

عجبًا لأمرِ المؤمنِ . إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له

 

Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya“[ HR.Muslim no. 2999].

Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”.

Dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda kemahakuasaan Allah. Allah berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31).

Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:

1. Imam Ibnul Qayyim berkata: “(Hadits di atas menunjukkan bahwa) tingkatan-tingkatan iman seluruhnya  (berkisar) antara sabar dan syukur”.
2. Kehidupan seorang mukmin seluruhnya bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik dalam kondisi yang terlihat membuatnya senang ataupun susah.
3. Seorang hamba yang sempurna imannya akan selalu bersyukur kepada Allah ketika senang dan bersabar ketika susah, maka dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada Allah dalam segala ketentuan takdir-Nya, sehingga kesusahan dan musibah yang menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya.
4. Orang yang tidak beriman akan selalu berkeluh kesah dan murka ketika ditimpa musibah, sehinnga semua dosa dan keburukan akan menimpanya, dosa di dunia karena ketidaksabaran dan ketidakridhaannya terhadap ketentuan takdir Allah, serta di akhirat mendapat siksa neraka.
5. Keutamaan dan kebaikan dalam semua keadaan hanya akan diraih oleh orang-orang yang sempurna imannya.
6. Rukun sabar ada 3  yaitu:
– menahan diri dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah
– menahan lisan dari keluh kesah, dan
– menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allah), seperti menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan sebagainya

7. Rukun syukur juga ada tiga:
– mengakui dalam hati bahwa semua nikmat itu dari Allah Swt,
– menyebut-nyebut semua nikmat tersebut secara lahir (dengan memuji Allah dan memperlihatkan bekas-bekas nikmat tersebut dalm rangkan mensyukurinya),
– menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai Allah Swt.

Semoga Bermanfaat

Dari Jamaah MPI

 

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *