Sahabat Percikan Iman, Ada satu ajaran mulia dalam Islam, namanya taawun. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berarti saling tolong-menolong sesama umat. Konsep ini ditegaskan Allah SWT melalui surah al-Maidah ayat 2. Muslim diperintahkan tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, dan jangan menjalankannya dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Tak bisa dimungkiri, tolong-menolong merupakan hakikat dasar manusia yang memiliki karakteristik hidup sosial. Keseharian manusia selalu lekat dengan sesamanya. Mereka membentuk jalinan kekeluargaan, bertetangga, serta bermasyarakat. Mereka saling membutuhkan dan saling membantu untuk mewujudkan tata kehidupan lebih baik.
Pendek kata, manusia tidak bisa hidup sendirian. Melalui tolong-menolong, syiar Islam bisa ditegakkan secara lebih sempurna. Hal yang lebih penting adalah semakin kuatnya ukhuwah di antara umat. Tak hanya bersama ketika senang bahagia tetapi juga tetap bersama ketika kondisi sulit dan kesusahan.
Dalam hadist-hadistnya, Rasulullah Saw banyak menyeru kita untuk tolong menolong atau bahu membahu. Dengan demikian, akan terbentuk masyaraat yang kokoh laksana benteng yang masing-masing komponennya saling menguatkan, atau laksana satu tubuh yang jika salah satu bagian sakit maka yang lain juga akan ikut sakit merasakan.
Dalam buku Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah karya Dr Saad Riyadh disebutkan Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan hubungan seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah laksana sebuah bangunan yang masing-masing bagian saling menguatkan. (Beliau kemudian mengisyaratkan hal itu dengan menyatukan jari-jari kedua tangan beliau)” (HR Bukhari).
Dalam kesempatan lainnya, Beliau bersabda, “Kalian akan mendapati orang-orang mukmin itu, dalam hubungan kasih sayang, saling mencintai, serta keterikatan perasaan/emosional mereka, adalah laksana satu tubuh. Apabila salah satu organ menderita sakit maka sekujur tubuh juga tidak bisa tidur dan merasakan demam” (HR Bukhari).
Rasulullah Saw juga bersabda, “Siapa saja (di antara orang-orang mukmin) yang melapangkan satu kesusahan dunia yang dialami mukmin yang lain maka Allah Swt akan melapangkan satu kesusahan darinya di hari akhirat. Siapa yang menutup aib (kejelekan) seorang muslim maka Allah Swt akan selalu menolong seorang hamba selama ia tetap menolong saudaranya (sesama muslim)” (HR Tirmidzi).
Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Antara Muslim satu dengan Muslim yang lainnya adalah haram untuk merusak hartanya, harga dirinya serta darahnya. Cukuplah seorang Muslim itu dikatakan buruk jika ia menghina saudaranya sesama Muslim.” ( HR Abu Dawud )
Dalam hadist tersebut Rasulullah SAW mengharamkan perbuatan saling merusak harta, harga diri, dan jiwa antara sesama Muslim. Hadist ini mengandung pesan bahwa sesama Muslim harus saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan sebaliknya saling merusak.
Sebab dalam sabda Rasulullah SAW lainnya, dikatakan bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Muslim tidak menzalimi dan tidak membiarkan Muslim lainnya disakiti.
Di tengah-tengah pandemi Covid-19 banyak di sekeliling kita yang membutuhkan bantuan, dengan memberikan sebagian dari harta kita, dapat membantu meringankan beban mereka.
Sebagai umat beragama pandemi Covid-19 justru menjadi peluang mendulang berbagai amal utama dan kebaikan terhadap sesama manusia.
Setelah itu, kita dapat bertawakal kepada Allah SWT dan memperbanyak bertaubat. Ia menyarankan, kita sebagai manusia hendaknya mengetahui dan meyakini secara pasti tidak ada yang berbuat dalam alam wujud ini kecuali Allah SWT.
Yakini tiap yang ada baik mahluk atau rezeki, pemberian atau larangan, bahaya atau manfaat, kemiskinan atau kekayaan, sakit atau sehat, hidup atau mati dan segala yang disebut sebagai sesuatu yang ada semuanya itu dari Allah.
(Jamaah MPI)