Begini, Pada zaman Rasulullah Saw. pernah terjadi kasus semacam ini. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Aisyah r.a. berikut ini.
Ada seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw., ”Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak dan ia tidak sempat berwasiat. Aku pikir seandainya beliau sempat mewasiatkan, niscaya beliau akan bersedekah. Apakah beliau akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah?” Nabi Muhammad Saw. menjawab, ”Ya, besedekahlah!” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memberi isyarat bahwa orang yang bertanya kepada Rasulullah Saw. berinisiatif menyedekahkan harta yang ditinggalkan ibunya dengan niat supaya pahalanya menjadi jariah (mengalir) ibunya. Ternyata, Rasulullah Saw. membolehkannya.
Senada dengan hadits tersebut, ada hadits lain dari dari Abu Hurairah r.a. ”Ada seseorang berkata kepada Nabi Muhammad Saw., ”Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan meninggalkan harta, tetapi beliau tidak sempat wasiat. Apakah ia akan diberi ampunan jika aku bersedekah atas namanya?” Nabi Muhammad Saw. menjawab, ”Ya!” (H.R. Muslim)
Tentu saja kedua hadits sahih tersebut saling menguatkan. Intinya adalah kita dibolehkan untuk menyedekahkan atau mewakafkan harta peninggalan dengan niat agar menjadi jariah (pahala yang mengalir) bagi almarhum. Namun, tentu saja perbuatan tersebut dilakukan setelah dimusyawarahkan dan diridhai oleh ahli warisnya. Wallahu a’lam