Sedih di Hari Raya..

Ramadhan  memang sudah berlalu.  Keduanya meninggalkan hamba-hamba Allah yang lemah dan mudah alpa atau khilaf. Hamba-hamba Allah yang harus kembali berjuang mempertaruhkan ketakwaan yang sempat terjaga dan naik di bulan Ramadhan.

Karena  ketakwaan di luar Ramadhan sepertinya sukar untuk meningkat, tapi sangat mudah jatuh terpuruk ke titik yang paling rendah. Bagaimana tidak? Tempat-tempat dan pelaku maksiat kembali beroperasi siang dan malam; ceramah dan tontonan Islami yang begitu gencar menghampiri kaum Muslimin di prime time sebagai media peningkat keimanan  kini nyaris tak tersisa;  suasana ibadah tidak lagi semarak, jamaah masjid kembali “maju” shafnya, walau untuk shalat maghrib dan isya  sekalipun, apalagi untuk sholat subuh.

Tapi adakah kita menyadari bahwa kesuksesan aktivitas Ramadhan kita ditandai dengan perilaku kita setelah Ramadhan usai?..Ya Allah semoga kita semua benar-benar dikaruniai TAQWA karena sungguh-sungguh di bulan Ramadhan,

*****

Berikut ini adalah kisah mulianya sang khalifah Umar bin Abdul Aziz beserta keluarganya, sehingga bisa kita ambil hikmahnya

Suatu ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz menatap putranya Abdul Malik yang sedang mengenakan pakaian usang dihari raya. Umarpun lalu menangis.

Putranya yang melihat sang ayah menangis bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai ayahku..?

Umar menjawab, “Wahai putraku.. Aku takut bila engkau keluar dan bermain dengan anak-anak lain hatimu merasa hancur.”

Putra yang sangat berbakti itu berkata, “Orang yang hatinya hancur adalah mereka yang bermaksiat kepada Tuhan mereka dan durhaka kepada ibu bapaknya. Dan Aku berharap agar Allah meridhoiku berkat ridhomu padaku wahai Ayahku.

Segera saja Umar memeluk putranya dengan erat lalu mendoakannya. Dikemudian hari, putranya tersebut menjadi seorang sangat zuhud.*

Dikesempatan yang lain datanglah putri-putri Umar bin Abdul Aziz mengadu kepadanya, “Ayah… besok adalah hari raya, sementara kita belum memiliki pakaian baru. Umar menatap mereka dan berkata, “Putri-putriku. Hari raya itu bukan bagi orang yang memakai pakaian baru. Hari raya itu bagi orang yang takut akan hari kiamat.

Bendahara negara yang melihat pemandangan haru itu memberi tawaran kepada sang Khalifah, “Wahai Amirul Mukminin.. Apa salahnya bila kita membayarkan gaji bulan depan anda lebih dahulu.?

Mendengar tawaran itu, Umar menatap sang bendahara dengan tatapan marah. Umar berkata, “Apakah kamu mengetahui ilmu ghaib sehingga engkau mengetahui bahwa aku masih akan hidup sehari setelah hari ini.?

Engkau benar wahai Amiirul Mukminin, bahwa tak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Allah Swt berfirman :

 

 وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS: Luqman: 34)

 

***

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *