Percikan Iman – Berbagai sumber mengabarkan pengumuman masuk Islamnya salah satu bintang sepak bola AC Milan, Clarence Seedorf. Tak hanya mengumumkan keislaman-nya, lewat postingan di akun Instagram miliknya, ia juga menyampaikan pesan cinta untuk dunia pada Jum’at (4/3/2022) waktu setempat.
“Terima kasih khusus untuk semua pesan bagus dalam perayaan saya bergabung dengan keluarga Muslim,” ujar mantan pemain sepak bola nasional Belanda ini dalam kepsyen postigannya. “Saya sangat senang dan senang bisa bergabung dengan semua saudara laki-laki dan dan saudara putri di seluruh dunia.”
Dari postingan tersebut, kita dapat melihat jika sang istri Sophia Makramati berperan besar dalam keputusannya menjadi muslim. Sedorf mengaku mendapatkan hidayah setelah Sophia mengenalkan Islam padanya dengan baik. Sophia mengajarinya makna Islam lebih dalam.
Di postingan tersebut, ia juga menyampaikan, meski telah masuk Islam, namun ia memutuskan tetap menggunakan namanya saat ini.
“Saya tidak mengubah nama saya dan akan terus membawa nama saya seperti yang diberikan oleh orang tua saya, Clarence Seedorf!” kata Seedorf.
Menanggapi postingan sang suami, Sophia menyambutnya dengan membuat postingan sejenis dengan akun instagaramnya.
” Saya sangat senang dan bangga menjadi bagian momen spesial dan indah, cintaku @clarenceseedorf bergabung dengan keluarga Muslim❤️ Selamat datang dan semoga terus diberkati dan menginspirasi dunia 🙏🏼 Love you,” tulis Sophia.
Tak hanya Seedorf, namun ada beberapa pemain bola lainnya yang juga memutuskan menjadi muallaf. Ada mantan pemain Barcelona, Eric Abidal yang masuk Islam sejak 2007.
Kemudian, ada legenda Chelsea Paul Pogba yang menjadi muallaf sejak 2012. Ia memilih Islam sebagai agamanya karena menurutnya Islam memberi ketenangan hati.
Selanjutnya, yang terkenal kemuslimannya berkat reaksi kerasnya pada kawan setim yang menyiraminya dengan bir, Frank Ribery (pemain Bayern Munich). Ia memutuskan menjadi muslim sejak 2002. Momen hidyah datang kala ia menikahi kekasihnya, Wahiba Belhami, perempuan asal Aljazair.
Ragam Jalan Hidayah
Pertumbuhan umat Islam di seluruh dunia saat ini masih terus bertumbuh. Lembaga kajian Amerika Serikat Pew Research Center bahkan mengungkapkan dalam satu risetnya (2017) jika Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2075.
Salah satu pemicunya ialah karena pertumbuhan jumlah kelahiran bayi pemeluk Islam lebih banyak ketimbang agama lainnya.
Dari sekian banyak jalan hidayah, dari data tersebut kita dapat melihat jika faktor keturunan turut berperan besar menjadi jalan hidayah.
Dalam ajaran Islam, kita mengetahui jika setiap bayi yang lahir pada dasarnya merupakan muslim, namun orang tuanya dapat membawanya menjadi pemeluk agama atau keyakinan lainnya.
Namun, berkaca pada kisah masuk Islamnya Sedorf dan rekan-rekan seprofesinya, jalan hidayah itu masih banyak. Dari Sedorf dan Ribery, kita dapat mengambil pelajaran, jika pasangan bisa menjadi salah satu jalan hidayah.
Dalam kisah muallaf lainnya, kita juga dapat menemukan jika hidayah bisa datang lewat senyuman. Kisah ini diungkapkan oleh Direktur/Imam Jamaica Muslim Center, Imam Shamsi Ali.
Carla, Wanita Hispanic keturunan Colombia. Ia datanga ke Masjid dan mengungkapkan dirinya ingin menjadi Muslim. Alasannya ia terpesona oleh senyuman tulus rekan setiap ia datang ke tempat kerjanya. Carla terheran dan mendapatkan jawaban yang tak disangkanya. Senyum tulus rekan tersebut memberi kesan pada Carla seolah tak ada masalah dalam hidupnya.
Nyatanya, bukan karena tak memiliki masalah, rekan Carla juga sama sebagaimana makhluk sosial lainnya, memiliki banyak masalah. Namun, kala Carla bertanya, rekannya menjawab, bukan karena tak ada masalah, malinkan karena “saya punya Allah dalam hidup saya”.
Jawaban tersebut kemudian membuka hati Carla pada Islam meski ia belum mengenal Allah. Ia menjawab, “I want to have Allah in my life too” (saya juga mau punya Allah dalam hidup saya”).
Sesederhana senyuman, siapa sangka bisa menjadi pintu hidayah.
Tentu ada banyak kisah lainnya, termasuk mereka yang masuk hidayah setelah melakukan penelitian. Sang peneliti tak menyangka karena simpulan penelitiannya sudah ada dalam Al-Qur’an sejak ribuan tahun lalu, di mana peranti penelitian belum semapan zaman ini.
Pelajaran
Belakangan stigma negatif terhadap Islam terus bermunculan, kian massif dengan skrenario momen 9/11. Dalam sejarah syi’ar dan da’wah Islam, kita dapat temukan jika stigmatisasi terhadap Islam atau para pengusungnya memang sudah menjadi bagian jalan “perjuangan”.
Islam disangkutpautkan dengan perilaku sebagian mereka yang “beridentitas” Islam. Padahal, Islam itu ajaran, namun manusia itu tidak luput dari kesalahan.
Di tengah berbagai tekanan stigma negatif, kita selaku muslim hendaknya tetap sadar dengan setiap kegiatan kita. Pada dasarnya, setiap Muslim ialah “showcase” dari Islam.
Pemahaman yang benar lewat pembelajaran yang benar merupakan bekal utama agar kita dapati. Senyum, bagi yang mengetahui, merupakan shadaqah. Bernilai ibadah, padahal nampak mudah.
Mari kita belajar Islam dengan menyeluruh, amalkan akhlak mulia, siapa tahu perilaku kita menjadi jalan hidayah bagi orang lain.