al-Mahdi artinya yang diberi petunjuk. Imam Mahdi artinya pemimpin kharismatik yang diberi petunjuk. Sebagian kaum Muslim sangat meyakini bahwa al-Mahdi akan turun pada suatu saat untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang sudah hancur moralitasnya. Selanjutnya, paham yang meyakini bahwa Imam Mahdi akan datang disebut dengan Mahdi-isme.
Keterangan tentang kedatangan Imam Mahdi tidak tercantum dalam Al Quran, juga tidak tercatat dalam kitab Sahih Bukhari dan Muslim, namun tercatat dalam sejumlah sunan, misalnya dalam Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah. Berikut contoh hadisnya.
Rasulullah saw. bersabda, ‘Al-Mahdi berasal dariku, luas keningnya, bengkok hidungnya, akan mengisi bumi dengan membawa persamaan dan keadilan, yang sebelumnya dipenuhi kezaliman dan ketidakadilan dan dia akan berkuasa selama tujuh tahun.’? (H.R. Abu Daud)
Ibnu Khaldun telah mendaftar paling tidak 24 hadis dengan enam varian tentang Imam Mahdi. Lalu, ia menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun dari hadis tersebut bisa dipercaya meski di antara sanad, hadis-hadis itu terdapat sahabat-sahabat terkemuka semacam Ali bin Abi Thalib r.a., Ibnu Abbas r.a., Ibnu Umar r.a., Thalhah r.a., Ibnu Mas’ud r.a., dan Abu Hurairah r.a. Menurut Ibnu Khaldun, orang yang memercayai hadis-hadis tentang Imam Mahdi hanyalah orang-orang awam yang kurang pengetahuannya dan tidak kritis.
Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa Mahdiisme muncul ketika negara berada dalam kekacauan, pada saat pemerintah tidak mampu menjalankan kekuasaan dan menegakkan hukum secara efektif. Dalam pandangannya, kemunculan Mahdi tidak lepas dari aspirasi dan propaganda politik untuk membangun kekuasaan.
Oleh sebab itu, tidak berlebihan kalau Prof. Azyumardi Azra berpendapat bahwa sangat boleh jadi munculnya berbagai hadis tentang Imam Mahdi merupakan hasil rekayasa untuk kepentingan-kepentingan politik.
Perlu diakui bahwa tidak sedikit umat Islam yang meyakini akan datangnya Imam Mahdi walaupun tidak paham status hadisnya itu sekuat atau seberapa sahih. Namun yang pasti, persoalan Imam Mahdi tidak ada dalam Al Quran juga tidak ada dalam hadis-hadis sahih sekaliber Imam Bukhari dan Muslim. Seandainya persoalan Imam Mahdi itu sangat penting bagi keimanan umat Islam, seharusnya tercatat dalam Al Quran dan hadis-hadis yang sahih dan harus menjadi bagian dari rukun Iman. Ternyata, kenyataannya tidaklah demikian.
Oleh sebab itu, seandainya Anda tidak percaya akan kedatangan Imam Mahdi maka ketidakpercayaan itu sama sekali tidak memengaruhi keimanan Anda. Bahkan Ibnu Khaldun menyarankan untuk tidak memercayainya. Wallahu A’lam.
Keterangan tentang kedatangan Imam Mahdi tidak tercantum dalam Al Quran, juga tidak tercatat dalam kitab Sahih Bukhari dan Muslim, namun tercatat dalam sejumlah sunan, misalnya dalam Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah. Berikut contoh hadisnya.
Rasulullah saw. bersabda, ‘Al-Mahdi berasal dariku, luas keningnya, bengkok hidungnya, akan mengisi bumi dengan membawa persamaan dan keadilan, yang sebelumnya dipenuhi kezaliman dan ketidakadilan dan dia akan berkuasa selama tujuh tahun.’? (H.R. Abu Daud)
Ibnu Khaldun telah mendaftar paling tidak 24 hadis dengan enam varian tentang Imam Mahdi. Lalu, ia menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun dari hadis tersebut bisa dipercaya meski di antara sanad, hadis-hadis itu terdapat sahabat-sahabat terkemuka semacam Ali bin Abi Thalib r.a., Ibnu Abbas r.a., Ibnu Umar r.a., Thalhah r.a., Ibnu Mas’ud r.a., dan Abu Hurairah r.a. Menurut Ibnu Khaldun, orang yang memercayai hadis-hadis tentang Imam Mahdi hanyalah orang-orang awam yang kurang pengetahuannya dan tidak kritis.
Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa Mahdiisme muncul ketika negara berada dalam kekacauan, pada saat pemerintah tidak mampu menjalankan kekuasaan dan menegakkan hukum secara efektif. Dalam pandangannya, kemunculan Mahdi tidak lepas dari aspirasi dan propaganda politik untuk membangun kekuasaan.
Oleh sebab itu, tidak berlebihan kalau Prof. Azyumardi Azra berpendapat bahwa sangat boleh jadi munculnya berbagai hadis tentang Imam Mahdi merupakan hasil rekayasa untuk kepentingan-kepentingan politik.
Perlu diakui bahwa tidak sedikit umat Islam yang meyakini akan datangnya Imam Mahdi walaupun tidak paham status hadisnya itu sekuat atau seberapa sahih. Namun yang pasti, persoalan Imam Mahdi tidak ada dalam Al Quran juga tidak ada dalam hadis-hadis sahih sekaliber Imam Bukhari dan Muslim. Seandainya persoalan Imam Mahdi itu sangat penting bagi keimanan umat Islam, seharusnya tercatat dalam Al Quran dan hadis-hadis yang sahih dan harus menjadi bagian dari rukun Iman. Ternyata, kenyataannya tidaklah demikian.
Oleh sebab itu, seandainya Anda tidak percaya akan kedatangan Imam Mahdi maka ketidakpercayaan itu sama sekali tidak memengaruhi keimanan Anda. Bahkan Ibnu Khaldun menyarankan untuk tidak memercayainya. Wallahu A’lam.