Shalat dan Kedisiplinan

Salat selain ibadah yang langsung diperintah oleh Allah sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya ternyata menyimpan banyak hikmah selain secara spitual juga menyehatkan, salat juga sarat akan manfaat. Salah satunya adalah menanamkan dan mengajarkan kedisiplinan. Ketaatan atau disiplin dimulai dari niat, berwudlu, dari awal shalat, takbir hingga salam. Dapat dikatakan, shalat mengandung makna pendidikan kedisiplinan mental dan spiritual. Seorang muslim yang senantiasa mampu menjaga shalatnya, akan melekat dalam dirinya nilai-nilai disiplin. Berikut penjabarannya:

  1. Disiplin Dalam Kebersihan (berwudlu)

Kebersihan adalah sebagian dari iman. Itu cerminan Islam agama yang mencintai kebersihan. Ini tercermin dari ritual berwudhu. Sebuah persiapan buat badan kita sebelum shalat. Seperti yang diterangkan Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki….” (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 6).

Sebelum menghadap-NYA, badan kita dibersihkan terlebih dahulu dengan berwudlu. Wudlu adalah hal yang pertama dan utama sebelum melaksanakan shalat. Tingkat kesempurnaan berwudhu akan mempengaruhi tingkat kesempurnaan ibadah shalat kita. Maka agar kesempurnaan dalam berwudhu dapat kita capai, maka kita harus menumbuhkan tentang hakikat wudlu yang diakhiri dengan doa setelah wudlu sebagai ketawaqalan kita kepada Allah Swt.

Dapat dibayangkan jika konsep kebersihan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesan muslim jorok dan tidak menjaga kebersihan dapat dibuang jauh-jauh.

  1. Disiplin Dalam Waktu

Shalat juga mengajarkan kepada kita untuk menghargai waktu. Ini karena shalat tepat waktu melainkan terhindar dari hal-hal yang bisa mendatangkan kebencian Allah Swt. seperti menunda-nunda waktu dengan sengaja karena lebih mementingkan atau menganggap lebih utamanya melakukan aktivitas keduniawian, padahal masih memungkinkan untuk ditunda. Perbuatan ini termasuk telah melalaikan shalat, jelas hal ini adalah perbuatan dosa.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an : “Ingatlah Tuhan dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah/lalai” (Q.S. Al-A’raf [7]: 205), dan ayat selanjutnya, yang menerangkan jangan ada keraguan untuk mensucikankan-Nya dan bersujud kepada Allah Swt.

Jika disiplin waktu ini kita terapkan, maka kita membuang jauh-jauh budaya telat masuk kantor, terlambat ikut meeting, berleha-leha dengan waktu saat ujian sekolah datang, dan sebagainya.

  1. Disiplin Dalam Mengerjakan Aturan

Hidup penuh dengan aturan. Baik aturan negara, lingkungan, sekolah, bahkan rumah. Shalat mengajarkan kita untuk menaati aturan yang telah ditetapkan.  Ketaatan kepada aturan Allah Swt. juga dapat ditunjukkan saat sebelum shalat dimulai. Menjaga aturan shaf bukan saja tanggung jawab Imam, melainkan makmum pun memiliki tanggungjawab besar dalam meluruskan dan merapatkan barisan. Di sinilah kedisplinan atau ketaatan seseorang diuji dalam persiapan shalat berjama’ah.

Sesungguhnya meluruskan dan merapatkan barisan tidak hanya tanggungjawab imam, tetapi masing-masing makmum harus sadar untuk meluruskan dan merapatkan shaf ketika shalat berjamaah hendak dimulai. Nabi Saw. bersabda, “Luruskan shaf (barisan) kalian, karena lurusnya shaf bagian dari kesempurnaan shalat” (H.R. Muslim).

Banyak aturan shalat lain yang harus dipenuh, di antaranya rakaat dalam setiap shalat, waktu setiap shalat yang berbeda, aturan lafaz shalat, takbir, ruku, sujud, dan lain-lain, penuh dengan aturan. Intinya, orangtua yang terbiasa shalat seharusnya lebih bisa menaati aturan yang berlaku buat dirinya.

  1. Disiplin Memilih Kepemimpinan dan Sportivitas

Islam sangat sportif. Syarat menjadi imam bukan dilandaskan pada senioritas, tapi kemampuannya melafalkan bacaan dan wawasan yang dimiliki. Kulit hitam bisa menjadi imam bagi kulit putih. Orang Asia bisa menjadi imam bagi orang Eropa. Melewati batas suku dan ras. Dalam menentukan Imam salat, angkat atau tunjuk seseorang untuk menjadi imam shalat. Pilihlah imam yang bisa menentramkan makmum. Imam yang baik bacaannya dan luas pengetahuan agamanya, tentu akan lebih menenangkan makmum daripada imam yang bacaannya belepotan dan kurang wawasan agamanya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaiknya yang mengimami suatu kaum adalah orang yang paling hafal dan paham terhadap Al-Qur’an. Jika kemampuan itu sama, yang paling tahu tentang sunah, tetapi jika kemampuan itu sama, yang paling dulu hijrah, dan jika sama, yang paling dulu Islamnya,”(H.R Muslim dari Abu Mas’ud al-Anshary r.a).

Akan tetapi, jika pada kenyataannya tidak terdapat imam seideal sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist di atas, penentuan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saja. Apabila tidak ada orang dewasa yang hendak mengimami shalat boleh mengangkat imam dari kalangan anak-anak dengan syarat dia memiliki kemampuan bacaan Al-Qur’an yang bagus dan banyak hafalannya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila hadir waktu shalat, hendaklah salah seorang di antara kamu azan dan angkatlah imam yang paling hafal Al-Qur’an. ‘Seorang sahabat berkata, ‘Maka mereka tidak ada seorang pun yang paling hafal Al-Qur’an daripada aku, maka mereka menyuruhku menjadi imam padahal aku anak berusia enam atau tujuh tahun” (H.R. Bukhari). []

 

Disarikan dari buku “Sudah Benarkah ShalatkuPanduan Gerakan dan Bacaan Shalat,” Karya Dr.Aam Amiruddin.

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic