Berkah adalah kebaikan yang mempunyai nilai plus, kebaikan yang terus bertambah dengan kebaikan. Barokah atau berkah adalah salah satu kata “selain salam dan rahmat”. Menurut bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab: barokah (البركة), artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”. Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79).
Sahabat Percikan Iman, salah satu penyebab keberkahan itu hilang karena adanya sikap keputusasaan. Contoh yang sering kita alami adalah ketika ditimpa sakit. Tiada seorangpun didunia ini yang mengharapkan sakit. Namun kondisi sakit itu akan menjadi berkah apabila disikapi dengan kesabaran.
Seorang yang bertaqwa, jika mengalami ujian sakit maka semakin bertambah pulalah rasa kedekatannya kepada Allah Swt. Amalan Tahajjudnya, shaum sunnahnya dan segala amalan sholeh yang tetap dilaksanakan (walaupun sakit) akan mendekatkan dirinya kepada cinta Allah sehingga sakit itu menjadi berkah.
Sebuah peristiwa yang (mungkin) dianggap buruk karena sangat merugikan, dapat kita ubah menjadi baik dengan prospek cara pandang yang lain. Seperti halnya keburukan akan menjadi keberkahan bila di sikapi dengan kebaikan. Bahwa Allah memberikan ujian ini untuk meningkatkan kualitas keimanan dengan kesabaran dan tidak menyerah berpaling dari Allah Swt.
Contoh mulia sebuah kesabaran jauh dari putus ada adalah kisah nabi Yakub yang diuji oleh keberadaan anak-anaknya. Nabi Yakub mempunyai 12 anak, salah satunya Yehuda yang tidak suka kepada saudaranya Yusuf. Yehuda ingin membunuh Yusuf dengan cara di masukkan ke dalam sumur.
Setelah mendengar penuturan tentang kisah kematian Yusuf yang dimakan binatang buas dengan bukti pakaian yang dibawa saudara-saudaranya. Nabi Yakub tetap tegar dan tidak berpikir putus asa karena feeling seorang ayah bahwa anaknya yang sangat dicintainya masih hidup.
Apa yang dikatakan oleh nabi Yakub kemudian di abadikan Allah dalam (QS. Yusuf: 87) bahwa janganlah berputus asa dari rahmat Allah karena yang mempunyai sifat putus asa itu adalah orang-orang kafir.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.
Nasihat nabi Yakub kepada anak-anaknya itu menjadi pesan pula untuk kita semua sebagai umat yang mengaku beriman. Bahwa seberat apapun ujian, janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah Swt. Syetan senang sekali mengitari orang-orang yang dirundung ujian, membisikkan rasa putus asa dan berpikir negatif kepada Allah Swt yang tak lekas menolongnya.
Untuk melawan bisikan dan kehendak putus asa, salah satunya adalah gemar berkumpul dalam keshalehan dan sering mendengar nasihat yang baik untuk motivasi menjaga keimanan, bahkan semakin meningkatkan iman.
Sahabatku, keputus-asaan itu akan menutup pintu keberkahan. Ayat yang berkaitan dengan keputus asaan terdapat dalam (QS. Az Zumar: 53).
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Ktakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan dalam hadits riwayat Thabrani di jelaskan bahwa diantara dosa besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari azab Allah, putus asa dari ampunan Allah dan putus asa dari pertolongan Allah.
“Dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari azab Allah, putus asa terhadap rahmat Allah, dan putus harapan terhadap kelapangan dari Allah.” (HR.Ath-Thabrani)
Menurut hadits di atas maka putus asa itu ada 4 macam :
🔹Menyekutukan Allah
🔹Merasa aman dari azab Allah
🔹Putus asa dari rahmat dan ampunan Allah
🔹Putus asa dari pertolongan Allah.
Sahabat Percikan Iman, berikut ini adalah faktor-faktor yang membuat manusia itu cenderung putus asa adalah :
- Ketika di timpa musibah atau kesulitan. (QS. Al Isra: 83)
Tabiat manusia itu jika di beri kesenangan seringkali sombong dan apabila di timpa kesulitan cenderung putus asa. Hendaknya kita mencontoh nabi Sulaiman yang di karuniai kekayaan, kesuksesan, kepintaran namun apa yang di katakan nabi Sulaiman? Nabi Sulaiman berucap Haadza min fadhli Rabbi ini adalah karunia Tuhanku.
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ ۖ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.
Maka berusaha dan berikhtiarlah sesuai dengan kadar kemampuan, jika berhasil janganlah membuat diri kita sombong namun apabila mengalami kegagalan janganlah berputus asa. Karena Allah-lah yang menentukan hasil ihtiar kita
- Ketika melakukan dosa. (QS. Az Zumar: 53)
Perbuatan dosa yang sering di lakukan akan menjadi pencetus keputus asaan. Karena dengan sering melakukan dosa maka seringkali menunda-nunda taubat bahkan tidak bertaubat.Banyaklah berdo’a kepada Allah memohon untuk terhindar dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, keburukan di hari tua, kikir, dan juga berlindung kepada Allah dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian. (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu’alam bishahawab.
MPI untuk ahad depan In Syaa Allah akan di laksanakan di mesjid Trans Studio Bandung.
Resume kajian umum MPI Ahad pagi, Ahad, 13 Oktober 2019 (Ust. Dr. Aam Amiruddin, M.Si
Mesjid Al Multazam Ciganitri) ditulis oleh Ika Kartika (@kartikamuslimah)