Suatu hari sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Nabi saw agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah saw bersabda, ”Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim” (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R. Muslim).
Sabda Nabi di atas tergolong singkat, tetapi sangat padat. Menurut Qadhi ‘Iyadh, hadits ini ekuivalen dengan firman Allah, ayat 30 surah Fusshilat.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Ayat ini telah mengajarkan agar kita bersikap konsisten dan istiqamah dalam beragama, yakni senantiasa beriman kepada Allah swt dan senantiasa menjalani semua perintah-Nya. (Syarkah Shahih Mislim, juz 2/9).
Istiqamah, seperti terlihat di atas, merupakan usaha maksimal yang dapat dilakukan oleh manusia untuk senantiasa berada di jalan Allah swt. Karena itu, tidak setiap orang dapat memiliki sifat istiqamah.
Sifat istiqamah hanya dimililki oleh orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Dan keutamannya adalah, ”Barang siapa memiliki sifat istiqamah, maka ia akan meraih segala kesempurnaan dan segala kebajikan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat istiqamah, maka semua usahanya akan sia-sia dan semua perjuangannya akan kandas.”
Beberapa sahabat Nabi SAW pernah ditanya tentang istiqomah dan jawaban mereka berbeda-beda. Abu Bakar Ash-Shidiq menyatakan istiqomah adl Anda tidak menyekutukan Allah SWT sama sekali.
Umar bin Khattab menyatakan istiqomah adl engkau menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya dan tidak bersikap seperti musang.
Ustman bin Affan berpendapat istiqomah itu ya ikhlas. Sedangkan Ali bin Abi Thalib mengatakan istiqomah itu mengerjakan kewajiban-kewajiban.
Seorang disebut istiqamah, menurut riwayat yang bersumber dari Kulafa’ al-Rasyidin, bila ia konsisten dalam empat hal.
Pertama, konsisten dalam memegang teguh aqidah tauhid.
Kedua, konsisten dalam menjalankan syari’at agama baik berupa perintah (al-awamir) maupun larangan (al-nawahi).
Ketiga, konsisten dalam bekerja dan berkarya dengan tulus dan ikhlas karena Allah.
Keempat, konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan baik dalam waktu lapang maupun dalam waktu susah.
Dalam sifat istiqamah, seperti terlihat di atas, terkandung sifat-sifat yang luhur dan terpuji, seperti sifat setia, taat asas, tepat janji, dan teguh hati. Untuk itu, Allah swt menjanjikan kepada orang-orang yang istiqamah balasan yang besar.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٣)أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS.Al-Ahqaf, 13-14).
Ada tips praktis untuk mempertahankan KeIstiqomahan yang kita lakukan, yakni : Luruskan niat, Mulailah dari yang kecil-kecil terlebih dahulu, dan lebih ringan dan Terus lakukan secara teratur (jangan melebih batas kemampuan agar tidak merasa terbebani). Semoga kita bisa istiqamah dalam segala hal. Amin.