Sahabat Percikan Iman, Segala sesuatu itu butuh proses dengan setahap demi setahap untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Tidak terkecuali dalam hal kebaikan.
Nah melanjutkan materi sebelumnya yakni unsur-unsur keshalehan. Begitu pula dalam hal ini, tahapan untuk meraih keshalehan ini membutuhkan suatu proses.
◼ Proses menuju keshalehan tersebut adalah :
(1) Kita harus rajin merawat Qalbu dengan iman dan ilmu.
Lihat dalam (QS Asy Syu’ara: 83-89)
Qalbu adalah panglima untuk akal dan raga kita. Maka dari itu nabi Ibrahim AS pernah berdo’a sebagaimana yang tercantum di dalam (QS. As Syu’ara: 83-89).
Untuk menjadi orang yang shaleh itu salah satunya adalah dengan memiliki qolbun salim yaitu hati yang bersih. Kita rawat qalbu dengan ibadah, dzikir, ilmu. Untuk memiliki dan mendapatkan qalbu yang sehat mirip halnya sebuah tanaman yang perlu perawatan. Untuk mendapatkan tanaman yang baik kitapun perlu perhatikan medianya kemudian di siram dan kendalikan hamanya.
Dalam firman Allah disebutkan dalam (QS. Ibrahim: 24-25). Allah umpamakan dalam ayat ini, iman yang kokoh itu bagaikan pohon yang rindang, akarnya kuat menghunjam ke bumi dan cabangnya menjulang ke langit.
Orang yang memiliki keshalehan itu, dimanapun dia berada akan selalu memberikan kemanfaatan untuk sekitarnya dan juga orang-orang pun merasa aman nyaman berada di dekatnya
Untuk menjadi pohon seperti itu tentu saja di pengaruhi oleh tempat atau media di mana pohon itu di tanam. Apabila di tanam di tanah yang subur tentu saja pohon itu akan tumbuh dengan subur. Namun sebaliknya jika tanahnya gersang pohon itu tentu akan layu dan akhirnya mati.
Sahabatku, Kita harus selalu melatih diri dan membiasakannya dengan kajian ilmu, ibadah dan senantiasa terbukanya hati dengan nasehat-nasehat kebaikan. Tentunya orang yang shaleh itu menjauhkan diri dari sifat keluh kesah dan jika di beri kenikmatan dia lupa kecuali orang yang di asah qalbunya dengan shalat. (QS. Al Ma’arij: 19-23)
(2) .Kita harus gemar Introspeksi diri (muhasabah)
Lihat dalam (QS. Al Hasyr: 18)
Dalam kehidupan sehari-hari dengan bercermin kita bisa melihat kekurangan-kekurangan diri. Introspeksi yang bagus adalah dengan meminta kepada orang lain untuk mengoreksi diri kita. Misalnya dalam kehidupan suami dan istri, banyaklah bertanya apa kekurangan masing-masing pasangan agar bisa memperbaiki dirinya masing-masing.
Jadi di samping berkontemplasi melihat kekurangan diri, kita butuh bantuan orang lain untuk menemukan kekurangan kita sebagai bahan perbaikan diri.
Imam Syafi’i pernah berkata bahwa beruntunglah orang yang sibuk dengan melihat kekurangan dirinya sehingga tidak sempat untuk melihat kekurangan orang lain.
Sahabatku, mari berbanyaklah bermuhasabah diri (QS. Al Hasyr: 18).
Hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah di perbuatnya agar hari esok lebih baik lagi. Bertaqwalah kepada Allah dan Allah Maha Tahu apa yang kita perbuat.
Kata taqwa di sebutkan sebanyak dua kali dalam ayat tesebut, ini isyarat bahwa orang yang bertaqwa itu adalah yang sering bermuhasabah.
Dan tidak ada manusia yang sempurna maka dari itu janganlah menyengaja mencari-cari kekurangan orang lain, kecuali untuk membantu dalam kebaikan. (QS Al Hujurat: 12).
(3) Kita harus Bersemangat untuk Memperbaiki diri (taubat)
Lihat dalam ayat (QS. At Tahrim: 8)
Kita harus belajar dari peristiwa nabi Adam AS. Bagaimana beliau berdua terusir dari syurga (QS. Al Baqarah: 35-36)
Ketika nabi Adam AS melanggar perintah Allah, karena syetan berhasil menggelincirkannya maka kemudian Allah mengeluarkan nabi Adam dari syurga. Namun satu hal yang menarik adalah nabi Adam AS berdo’a :
” Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada Kami, pasti kami termasuk orang-orang rugi.” (QS. Al A’raf: 23).
Ternyata di sini nabi Adam AS sama sekali tidak menyalahkan syetan. Ini pelajaran bagi kita bahwa jika kita melakukan kesalahan janganlah selalu menyalahkan orang lain karena menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah.
(4) Kita harus bermujahadah (bersungguh-sungguh) dan bersabar dalam beramal.
Lihat dalam (QS. Al.Ankabut: 69)
Manusia adalah makhluk yang perlu latihan atau pembiasaan. Seperti halnya dalam melakukan ibadah. Terkadang, Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah dengan pemaksaaan kepada diri sendiri terlebih dahulu yang pada akhirnya bertujuan menjadi pembiasaan.
Misalnya dalam mengerjakan shalat, dulu pertamanya adalah karena terpaksa dan takut kepada orang tua. Namun dengan seiring waktu berproses, pada akhirnya kita memahaminya bahwa sholat itu adalah ibadah yang tidak boleh di tinggalkan.
Semua itu di lakukan harus dengan kesabaran (QS. Al Ankabut: 69). Contoh lain misalnya kita belum terbiasa bangun jam 3 pagi. Hal yang pertama yang di lakukan adalah memasang alarm, kemudian seiring waktu jika konsisten maka akan ada suatu saat kita bangun tidak memerlukan alarm lagi. Karena Allah menjadikan dalam diri kita alarm biologis yang tercipta karena pembiasaan.
Begitupun dengan kebiasaan-kebiasaan kebaikan lainnya, misalnya tak pernah ketinggalan shalat rawatib, maka secara otomatis jika sewaktu-waktu tidak melakukannya maka akan terasa ada sesuatu yang hilang dalam diri kita. Pada dasarnya manusia itu menjadi apa tergantung apa yang di biasakan.
(5) Kita harus Meninggalkan dosa
Lihat dalam (QS. An Nisa: 31).
Allah menyuruh kita untuk menjauhi dosa, jika dosa-dosa itu di jauhi maka Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan kita. Keshalehan itu akan tampak ketika menegakkan sholat, melakukan amal-amal ibadah yang lainnya. Sehingga keshalehannya itu mampu menghalangi dari perbuatan-perbuatan dosa.
Benar sekali, rernyata menjauhkan diri dari dosa jauh lebih sulit daripada mengerjakan amalan shaleh. Sejatinya orang yang shaleh adalah dengan amalan-amalan shalehnya, dia mampu mementengi diri dari perbuatan dosa.
6. Mengutamakan Keridhaan Allah
Lihat (QS. Al Maidah: 4), (QS Al Bayyinah: 7-8).
Sahabat Percikan Iman, Keridhaan Allah adalah sesuatu yang harus kita cari dan kejar dan jangan pernah mencari keridhaan dari selain-NYA. Dalam kehidupan ini, apa yang kita lakukan pasti mendapati penilaian dari manusia. Penilaian itu bermuara pada 3 hal yaitu : Ada yang suka, Ada yang tidak suka dan Ada yang tidak peduli.
Maka hal yang paling tepat dalam melakukan amal shalih adalah hanya mencari keridhaan Allah saja. Manusia bisa saja merespon buruk ketika kita melakukan sesuatu yang sebenarnya baik. Untuk melakukan keshalehan kita butuh mental yang lurus dan kuat agar apa yang kita lakukan adalah semata- mata hanya mencari keridhaan Allah (QS. Al Maidah: 54).
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang ikhlas itu adalah ia mencintai Allah dan Allah mencintainya, mereka tidak takut dengan celaan dan hinaan manusia selama yang di lakukan itu adalah hal yang benar (QS. Al.Bayyinah: 7-8).
Kita utamakan cinta Allah di atas cinta manusia. Sesungguhnya karunia yang tertinggi adalah mendapatkan ridha Allah di atas ridha manusia dan mengutamakan ridha Allah di atas ridha manusia.
Wallaahu’alam bishshawab.
Resume kajian MPI Ahad Pagi Online. Ahad, 12 April 2020 bersama Ust.Dr. Aam Amiruddin, MSi dan ditulis oleh Ika kartika (@kartikamuslimah)