Sifat Tawakal dan Keimanan adalah sangat dekat. Diantara firman Allah Swt tentang tawakal ketika disandingkan dengan orang-orang beriman, “… dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal” (QS. Al Ma’idah: 11).
Dan firman-Nya,” Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabla dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambahlah imannya, dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal” (QS. Al Anfal : 2).
Tentunya masih banyak ayat lain dalam Al Qur’an yang berisi tentang tawakal, demikian pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun apakah itu sebenarnya tawakal? Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih terperinci mengenai tawakal.Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyuruh kita agar bertawakal apabila memiliki cita-cita. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah tawakal tersebut?
Islam mengajarkan untuk menyertakan Jiwa Tawakal dalam proses pencapaian suatu cita-cita. Suatu aktivitas dan kreativitas dapat dikategorikan menggunakan Tawakkal Principles apabila mengandung empat unsur. Berikut adalah 4 unsur tersebut :
1. Mujahadah
Mujahadah diambil dari kata jahada, artinya sungguh-sungguh. Allah Swt. memerintahkan agar kita sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, jangan asal-asalan. Kalau kita jadi mahasiswa, belajarlah sungguh-sungguh dan selesaikan tepat waktu. Kalau kita jadi pedagang, berikan pelayanan dan produk yang terbaik agar pelanggan merasa puas menggunakan produk yang kita jual. Kalau kita jadi karyawan, selesaikan pekerjaan sesuai target agar pihak manajemen menilai positif cara kerja kita, dll.
Ini semuanya dikategorikan mujahadah. Mujahadah, selain bermakna sungguh-sungguh, juga bermakna sistematis. Suatu pekerjaan hasilnya akan menggembirakan apa-
bila dilakukan dengan kesungguhan dan sistematis, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut, “Apabila kamu telah selesai mengerjakan suatu urusan, maka tetaplah
bekerja keras untuk urusan berikutnya, dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap.” ( Q.S. Asy-Syarĥ [94]: 7-8)
2. Doa
Allah Swt. memiliki kekuasaan tak terhingga, sedangkan kita memiliki banyak kelemahan. Karena itu, walaupun sudah melakukan mujahadah, kita harus memohon kekuatan dari Allah Swt. agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Allah Swt. sangat mencintai hamba-Nya yang selalu berdoa, memohon pertolongan-Nya. Apabila kita sering mengingat-Nya dalam segala aktivitas, Allah pun akan menolong kita, dan kalau kita melupakan-Nya, Dia pun akan melupakan kita.
3. Syukur
“Ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingatmu. Bersyukurlah ke pada-Ku dan jangan kamu m ngufuri nikmat-Ku.” ( Q.S. Al-Baqarah [2]: 152)
Apabila mujahadah dan doa menyertai seluruh aktivitas dan kreativitas kita, insya Allah kesuksesan yang kita raih akan mengantarkan pada rasa syukur. Prinsip ini perlu kita pegang karena kesuksesan sering mengantarkan manusia pada keangkuhan, padahal angkuh adalah sifat yang paling dimurkai Allah Swt. Apabila kita pandai bersyukur, Allah Swt. akan semakin menambah nikmat-Nya.
“…Sesungguhnya, jika kamu ber syukur, niscaya Aku akan me nambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu meng ingkari nikmat-Ku, pasti azab-Ku sa ngat berat.” ( Q.S. Ibrāhīm [14]: 7)
4. Sabar
Sabar artinya tahan uji menghadapi berbagai cobaan. Mungkin saja kita telah bekerja keras, sistematis, dan disertai doa, namun sangat mungkin hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Nah, sabar adalah obatnya. Sabar bukan diam dan meratapi kegagalan, tetapi sabar adalah mengintrospeksi diri dan bekerja lebih baik lagi agar kegagalan tidak terulang kembali.
“…Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu. Tetaplah waspada…” ( Q.S. Āli ‘Imrān [3]: 200)
Inilah prinsip-prinsip tawakal yang harus melandasi seluruh aktivitas dan kreativitas kita. Apabila hal ini dilakukan, kita akan sadar bahwa kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan tidak akan bisa diraih tanpa pertolongan-Nya.
Kesempurnaan iman dan tauhid seorang hamba ditentukan oleh sejauh mana ketergantungan hatinya kepada Allah semata dan upayanya dalam menolak segala sesembahan dan tempat berlindung selain-Nya.
Wallahu A’lam.
Sumber : Buku Tanya Jawab-Akhlak Kontemporer