Percikan Iman – Menapaki jalan menuju kemenangan, sudah semestinya, penuh dengan halang rintang. Setiap dia menantang Anda, pasti menimbulkan kecemasan dalam diri jiwa Anda. Di kala itu, ada dua pilihan: menyerah atau berserah. Sayangnya, tak jarang orang malah terjebak pada opsi yang pertama. Padahal, Allah akan mengantarkan ketenangan jika kita menerimanya. Ingatlah, ketenangan adalah pondasi kemenangan.
Sahabat, cemas itu normal. Kecemasan, sejatinya merupakan reaksi diri kita manakala dihadapkan pada ancaman, baik nyata maupun khayalan. Dengan begitu, kita siap untuk bertahan. Sebagaimana yang dipublikasikan oleh psychology today, mengenai “kecemasan”,
“Ketika kita merasa kurang aman (merasa terancam), tubuh kita secara otomatis, siap untuk bertahan, waspada terhadap ancaman baik nyata maupun khayalan. Pikiran kita berevolusi untuk membuat kita tetap hidup, dan kekhawatiran (kecemasan) adalah cara pikiran memberi tahu tubuh bahwa kita mungkin berada dalam bahaya, dari dalam atau luar”.
Sayangnya, dalam banyak kesempatan, tak jarang, orang malah terlarut dalam kecemasan. Akibatnya, ia jadi berat melangkah. Terlalu banyak ragu, hingga mencapai titik putus asa. Pada fase ini, orang sudah mengalami gangguan kecemasan atau anxiety disorder.
“Gangguan kecemasan” terjadi ketika coping mechanism seseorang sudah tidak mampu menangani rasa cemas, sehingga terdapat kesalahan di dalam otak yang membuat seseorang mengira terdapat bahaya atau ancaman, meskipun sebetulnya tidak ada.
Coping mechanism merupakan berbagai usaha atau langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi masalah yang menyebabkan stres pada dirinya. Juga termasuk di dalamnya adalah upaya menyelesaikan masalah secara langsung, beradaptasi dengan perubahan, serta respons pertahanan terhadap situasi yang mengancam atau melebihi batas kemampuan individu secara kognitif maupun perilaku untuk melindungi diri dari masalah yang dihadapi.
Kalau coping mechanism itu tidak berfungsi, maka seseorang akan terjebak pada mode “defensif” dan itu membahayakan kelangsungan hidup seseorang. Waspada itu baik, tiba jika berlebihan, bisa menyempitkan pembuluh darah hingga melemahkan ingatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh psychology today.
“Mode defensif (kecemasan) ini harus segera diredakan karena waspada terus-menerus tidak hanya melelahkan bagi kita tetapi juga bersifat korosif; mulai dari mengeraskan pembuluh darah hingga melemahkan ingatan”
Di sini, kita akan menemukan, betapa Maha Benar Allah Swt. adalah Rabb kita. Ia Maha Tahu kondisi yang akan dihadapi oleh hamba-Nya, termasuk ketika hambanya menghadapi problematika. Allah Swt. tak memerintahkan kita mencari solusi, melainkan sabar dan shalat.
Setiap waktu shalat tiba, kita diperdengarkan suara adzan, yang salah satu lafaz-nya mengajak kita pada “kemenangan”, yakni “hayya ‘alal falaah”. Untuk menggapainya, bukan kita diajak atau disuruh bekerja lebih keras, namun kita diajak untuk shalat lewat lafaz “hayya ‘alash sholah”. Apa “khasiat” dari shalat? yupp.. Ketenangan
Ketenangan adalah pondasi kita menggapai kemenangan. Bagaimana kita bisa menggapai prestasi, kalau kita masih terjebak pada kesenangan sementara, apalagi kesenangan tersebut bernilai dosa di sisi Allah. Yang ada, hati resah dan gelisah, “mata” sulit menatap tujuan dan membaca arah. Maka, shalat adalah sarana yang Allah berikan untuk kita mencurahkan segala bentuk kemelut dalam hidup Anda.
Dalam Qur’an, surat Ar-Ra’du ayat 28, Allah Swt. berfirman,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.
Karena shalat selain memberi kita ketenangan, juga mengkalibrasi target tujuan kita agar tetap tertancap ke akhirat, dengan begitu, apa yang kita capai selama di dunia, tidak menjadi tujuan, melainkan menjadi “kendaraan” dan “bekal” mencapai akhirat dengan selamat. Sebagaimana yang Allah ungkapkan pada ayat berikutnya, Ar-Ra’du ayat 29,:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوْبٰى لَهُمْ وَحُسْنُ مَاٰبٍ
Orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan akan mendapat kebahagiaan serta tempat kembali yang baik.
Sahabat, berbicara ketenangan, jika keimanan adalah pondasinya, maka keamanan adalah pilar pokok penunjangnya. Jika kondisi hidup kita terancam, sulit tentunya untuk kita bisa tenang. Namun, kita memiliki saudara yang meski kondisi mereka sulit, harta hilang, support system dari orang-orang terdekat pun hilang, namun mereka bisa tetap tenang. Yup, mereka adalah warga Palestina.
Ketika orang-orang di negara lain terjebak pada persoalan “kesehatan mental”, orang Palestina justru mengajarkan kita pondasi ketenangan yang luar biasa kokohnya. Mereka sedih saat kehilangan orang tersayang dan hartanya, namun mereka tak berlarut dalam kesedihannya, justru mereka semakin dalam sujud, menyandarkan segala urusannya pada Allah Swt.
Karena itu, mari kita hadapi setiap persoalan dengan sabar dan sholat sehingga kecemasan yang muncul akibat ter-trigger “ancaman” atau “tantangan” segera mereda, dan kita pun dapat menghadapinya dengan baik. Semoga Allah Swt. berkenan menjadikan kita termasuk orang-orang yang “menang” sehingga “beruntung” mendapatkan ridho-Nya, dibukakan pintu surga dan kita masuk ke dalam-nya.
Wallahu a’lam bi shawwab
__________
Tulisan ini merupakan pengembangan dari materi yang disampaikan oleh guru kita, Ustadz Aam Amiruddin pada program “Safari Dakwah Tasik-Ciamis” Masjid Agung Ciamis pada Kamis (14 Desember 2023)