Percikan Iman – Jalan yang lurus itu tidak selamanya mulus; ada tanjakan, ada pula turunan, kadang berlubang, berlumpur, licin. Begitulah jalan menuju surga, dari arah manapun, kita akan menemukan tantangan dan ujian. Masalahnya, setiap ujian dan tantangan dapat menimbulkan kecemasan, hingga depresi, bahkan bunuh diri. Tenang merupakan landasan agar kita mampu menyikapi berbagai persoalan dengan benar.
Hasil survei I-NAMHS (Indonesia National Adolescent Mental Health Survei) menemukan bahwa satu dari tiga (⅓) remaja di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Secara umum, Kementrian Kesehatan mengatakan pada 2021, 20% dari total pendudukan Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental.
Kecemasan, sejatinya merupakan fenomena yang wajar, hanya kita harus mengelolanya. Cemas merupakan respon tubuh saat ada yang mengancam diri kita. Kalau tidak ada, maka justru akan berbahaya bagi keselamatan kita. Kecemasan menjadi masalah ketika kita tidak mengelolanya dengan benar, akibatnya orang dapat mengalami sakit karena cemas (psikosomatis).
Menurut Psychology Today, “Gangguan cemas” terjadi ketika coping mechanism seseorang sudah tidak mampu menangani rasa cemas, sehingga terdapat kesalahan di dalam otak yang membuat seseorang mengira terdapat bahaya atau ancaman, meskipun sebetulnya tidak ada.
Coping mechanism merupakan berbagai usaha atau langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi masalah yang menyebabkan stres pada dirinya. Juga termasuk di dalamnya adalah upaya menyelesaikan masalah secara langsung, beradaptasi dengan perubahan, serta respons pertahanan terhadap situasi yang mengancam atau melebihi batas kemampuan individu secara kognitif maupun perilaku untuk melindungi diri dari masalah yang dihadapi.
“Mode defensif (kecemasan) ini harus segera diredakan karena waspada terus-menerus tidak hanya melelahkan bagi kita tetapi juga bersifat korosif; mulai dari mengeraskan pembuluh darah hingga melemahkan ingatan,”
Artinya, ketika timbul kecemasan dalam diri kita, kita harus segera mengambil tindakan untuk menenangkan diri kita. Menurut KBBI, tenang/te·nang/ a 1 kelihatan diam tidak bergerak-gerak atau tidak berombak (tentang air, laut): sungai ini — airnya; seketika itu laut pun –;2 diam tidak berubah-ubah (diam tidak bergerak-gerak); 3 tidak gelisah: tidak rusuh; tidak kacau; tidak ribut; aman dan tenteram (tentang perasaan hati, keadaan): sekalian melihatnya dengan –;
tenteram/ten·te·ram/ a 1 aman; damai (tidak terdapat kekacauan): di tempat yang — mereka dapat bekerja dengan giat; 2 tenang: apabila kehidupan ekonomi lebih baik, para pegawai negeri dapat hidup dengan –;
Di dalam Al-Qur’an, termninologi “ketenangan” terkandung dalam kata “sakinah” dan “tuma’ninah”. “Sakinah” secara istilah berarti “diam (tidak lagi bergolak atau bergelombang)”. Abu Hayyan mengatakan, “orang yang diliputi sakinah berarti dia diliputi ketetapan iman dalam hatinya berikut tenang jiwanya — karena beriman, dia mampu melalui badai karena yakin segala sesuatunya tak lepas dari qudrat dan iradah Allah Swt.”
Sedangkan “tuma’ninah” berarti “mantap” secara bahasa. Sedangkan secara maknawi, Tenangnya hati karena mendapat keyakinan yang berasal dari pengetahuan dan penglihatan akan sesuatu (contoh: Nabi Ibrahim ketika meminta Allah Swt. memperlihatkan bagaimana menghidupkan burung).
Dapat kita simpulkan, makna tenang ialah “tiadanya kecemasan di dalam jiwa”
Ketika timbul kecemasan dalam diri kita, Allah Swt. mendorong kita agar “bersabar (tidak diam dan tetap berjuang)” dan melakukan shalat. Dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 153, Allah Swt. berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dengan mengingat Allah Swt. terutama dengan jalan shalat, kita akan memperoleh ketenangan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.
Ketika menghadapi persoalan, jiwanya akan merespon dengan kecemasan (terguncang). Di saat itu, jangankan memikirkan solusi, kadang malah terasa gelap dan pengap. Ketika seseorang tenggelam dalam shalatnya, sibuk mengingat Allah, dan berdoa penuh harap, hati pun menjadi tenteram, dada menjadi lapang, pikiran menjadi tenang, fisik pun segar kembali
Selesai shalat, ia pun bisa kembali beraktivitas dengan baik. Segala problem dan kesulitan yang sebelumnya membebani pun menjadi terasa ringan.Asalkan, shalatnya benar
_____
Tulisan ini merupakan pengembangan dari materi yang disampaikan oleh guru kita, Ustadz Aam Amiruddin pada Safari Dakwah Percikan Iman, yang berlangsung pada Bulan Desember 2023