Tertawan Dunia, Terjerat Pinjol

Percikan Iman – Apakah karena iklan sangat menghipnotis, karena kepanasan tetangga, atau karena FOMO, akibatnya ponsel yang harganya puluhan juta dibelinya. Padahal gaji masih di bawah UMR. Namun, begitulah, ibarat orang kebelet, apapun akan dilakukan agar bisa menentaskannya. 

Alhamdulillaah, negeri kita tercinta sudah berusia 79 tahun sejak diproklamasikan oleh Bung Karno di halaman rumah Laksamada Maeda. Secara politis, Indonesia dapat menentukan nasibnya ke depan. Namun, nasib mengatakan, pemerintah Indonesia harus menanggung utang $ 1,13 Miliar dari pemerintahan sebelumnya. 

Hingga kini pun, selaku negara masih memiliki utang pada beberapa pihak, apakah pada lembaga Bank Dunia, maupun pada negara. Tercatat, jumlah utang Indonesia adalah Rp 8.041 Triliun (Per november 2023. Mengacu pada berita di CNBC Indonesia). Betul, utang itu maksudnya untuk pembangunan. Namun, sifatnya utang itu “membelenggu” pihak yang melakukannya. Seolah solusi, namun membuatnya tidak bisa berdaulat sepenuhnya, setidaknya pada negara yang memberi utang.

Karena punya utang, seseorang tidak bisa galak pada orang yang memberinya utang, meski dia dalam posisi benar. Dilihat dari sisi pemberi, utang yang ia berikan dapat menjadi alat untuk membungkam pihak yang diutanginya. Melihat fenomena tersebut, alangkah baiknya jika kita cermati kembali wasiat dari Khalifatu Ar-Rasyidin ke-5 umat Islam, yakni Umar bin Abdul Aziz,

“Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berutang, meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya utang adalah kehinaan di siang hari kesengsaraan di malam hari, tinggalkanlah ia, niscaya martabat dan harga diri kalian akan selamat, dan masih tersisa kemuliaan bagi kalian di tengah- tengah manusia selama kalian hidup.(Umar bin Abdul Aziz Ma’alim Al Ishlah wa At Tajdid, 2/71)

Rasulullah Saw. mewanti-wanti kita agar berhati-hati dalam berutang.

Dari Uqbah bin Amir Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا تُخِيفوا أنفُسَكم بعْدَ أَمْنِها. قالوا: وما ذاكَ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الدَّيْنُ

“‘Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman.’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Itulah utang!’ (HR. Ahmad [4/146], At Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir [1/59], disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [2420]).

Meski begitu, memang ada kondisi-kondisi di mana kita sulit menghindari berutang. Hanya, kita pun tetap perlu memperhatikan agar jangan sampai utang yang tadinya solusi, malah jadi malapetaka. utang bisa jadi malapetaka ketika kita dari awal tidak berniat melunasinya, kemudian di luar kemampuan untuk melunasinya, kemudian berutang untuk memenuhi gaya hidup bukan kebutuhan hidup atau bisa dikatakan “konsumerisme”. 

Konsumerisme merupakan paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan atau kesenangan. Lebih lanjut, Sosiolog, Jean Baudrillard mengatakan, dalam masyarakat konsumeris, makna dan nilai suatu barang tidak terletak pada fungsi atau manfaatnya, tetapi pada citra dan prestise yang melekat padanya. 

Masalahnya, gaya hidup konsumeris ini menawan bukan saja mereka yang bergelar sultan, melainkan juga menular pada mereka yang gajinya UMR dengan beban tanggungan. Dapat kita katakan, “gaji kaki lima, gaya bintang lima”.  

Contohnya seperti yang tersebar belakangan di media sosial. Ada seorang pegawai “konter hape” yang menggunakan data pelamar kerja untuk pinjol. Pelaku terlihat oleh pegawai lain sering kali gonta-ganti pakaian dengan pakaian yang bagus. Bajunya, sepatunya branded semua. Rupanya, dia membuka lowongan kerja fiktif, kemudian menggunakan data pelamar untuk pinjol. 

Jika konsumerisme ini menjangkiti orang yang memang “punya duit”, setidaknya dia tidak perlu merugikan orang lain. Namun, jika yang terjangkiti orang yang belum mampu, dia dapat melakukan segala cara, termasuk yang dapat merugikan orang lain. Padahal kalau dipikir secara rasional, sebanyak apapun baju atau sepatu yang kita miliki, yang dipakai pada akhirnya kan itu-itu juga.

Belum lagi kalau kita kaitkan dengan kekuasaan atau kewenangan. Dengan kekuasaan yang terbatas, seorang konsumeris dapat melakukan perilaku yang merugikan segelintir orang. Sekarang, bayangkan, jika dia adalah seseorang yang memiliki akses terhadap segalanya, memiliki kekuasaan yang lebih luas lagi. Naudzubillahi min dzaalik.

Namun, begitulah ketika jiwa seseorang sudah tertawan oleh dunia. Dia seperti orang yang sedang mabuk sehingga mati akal dan pikirannya. 

Senang pada harta, tahta, wanita, merupakan potensi yang Allah Swt. berikan pada kita. Dengan rasa tersebut, kita memiliki pendorong untuk bertahan hidup di dunia. Hanya kita mesti menempatkannya sesuai dengan yang Allah Swt. kehendaki, yakni di tangan, bukan di hati. Maksudnya, kita memilikinya semata-mata sebagai sarana untuk menggapai Ridho Allah Swt. atau untuk mendapatkan tiket keselamatan di akhirat. Bukan masuk ke hati alias menjadikan dunia sebagai tujuan. 

Kalau dunia (harta, tahta, wanita) sudah menjadi tujuan, itulah yang dimaksud sebagai penyakit wahn. Penyakit ini mematikan karena melemahkan pengidapnya sehingga membuatnya mudah dikendalikan oleh orang lain, bahkan sampai tergadai jiwanya (hilang harga dirinya),

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297)

Padahal kehidupan dunia ini merupakan fase  yang sangat singkat dibandingkan dengan fase akhirat, yakni fase setelah kematian. Namun, dunia memang begitu memikat; cantik rupanya, semerbak wanginya. Layaknya bunga jelang menjadi buah. Seandainya kita memetiknya, hilang sudah kesempatan untuk kita menikmati manis buahnya. Jangankan menikmati manisnya, jadi pentil buah pun tidak karena dipetik saat fase bunga. Kalau sudah dipetik, hanya tersisa layu-nya. 

Dalam Qur’an, surat Thaha ayat 131, Allah Swt. berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ەۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗوَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى

Janganlah kamu arahkan pandangan matamu pada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan kesenangan itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.

Maka, jangan biarkan dirimu tertawan oleh dunia. 

Namun, bukan berarti kita tidak berjuang dan malas-malasan. Melainkan dengan memperbaiki dan merawat orientasi hidup kita dan memperbaiki mindset tentang harta dan segala macam “bunga” kehidupan dunia. Bekerja keraslah hingga Allah Swt. mencurah-curahkan rizki dan melimpah ruahlah hartamu. Konsumsi secukupnya, investasikan selebihnya untuk akhiratmu. 

Wallahu a’lam bi shawwab

—-
Tulisan ini, kami kembangkan berdasarkan materi yang disampaikan oleh guru kita, Dr. Aam Amirudin, M.Si. pada Majelis Percikan Iman (MPI) Spesial Hari Kemerdekaan Indonesia, serial “Merdeka dari Dunia”, setiap Ahad, di Masjid Peradaban Percikan Iman Arjasari selama bulan  Agustus 2024 

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic