Ada tiga pertanyaan mendasar yang senantiasa ingin dipecahkan oleh manusia menyangkut keberadaannya di dunia ini. Ketiga pertanyaan itu adalah :
(1) Darimana manusia manusia dan kehidupan ini berasal?;
(2) Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?;
(3) Mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini?
Ketika tiga pertanyaan di atas terjawab—terlepas jawabannya benar atau salah—maka seseorang telah memiliki landasan, tuntunan, sekaligus tujuan hidup. Dia akan hidup di dunia ini sesuai dengan landasan itu. Dia akan berbuat dengan standar dan nilai-nilai yang didasarkan pada landasan tersebut. Dia akan menjalankan aktivitas ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain berdasarkan landasan tersebut. Bahkan ia akan mengajak orang/kaum lain agar menjalankan kehidupannya dengan mengikuti landasan tersebut.
Pada masa sekarang, pada faktanya, landasan hidup yang digunakan manusia itu adalah ideologi. Saat ini, hanya ada 3 (tiga) ideologi yang diemban oleh manusia, yakni:
(1) Komunisme, yang didasarkan pada akidah materialisme;
(2) Kapitalisme, yang didasarkan pada akidah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan);
(3) Islam, yang didasarkan pada akidah Islam.
Ideologi Komunisme menjawab tiga pertanyaan di atas dengan jawaban: bahwa manusia dan kehidupan dunia ini berasal dari materi dan ada dengan sendirinya; manusia hidup di dunia ini untuk mencari kebahagian material; dan kelak manusia akan kembali lagi menjadi materi. Itulah materialisme yang menjadi akidah dari ideologi ini.
Walhasil, ideologi Komunisme menafikan keberadaan Tuhan sama sekali (ateis). Para pengembannya hidup dengan aturan yang dibuat sendiri, dengan standar baik-buruk yang mereka kehendaki. Mereka berbudaya, berpolitik, dan berekonomi untuk mencapai kebahagiaan material. Mereka tidak menyakini adanya hal-hal gaib (Tuhan, ruh, akhirat, pahala-dosa, dll) di luar materi.
Jelas ideologi ini—yang menafikan keberadaan Zat sebelum alam dunia ini (Tuhan) dan adanya kehidupan setelah dunia ini (akhirat)—tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki naluri beragama (religiusitas).
Ironisnya, religiusitas yang sejatinya mendorong manusia untuk menyucikan dan mengagungkan Tuhan, diarahkan oleh ideologi ini ke penyucian dan pengagungan terhadap sesama manusia, yakni para pemimpin mereka. Wajar jika penyimpangan ideologi ini dari fitrah manusia menciptakan berbagai ketidakpuasan spiritual dan ketidaktenteraman jiwa bagi para pengembannya.
Adapun ideologi Kapitalisme menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban: bahwa manusia dan kehidupan ini diciptakan oleh sang Pencipta, Tuhan. Namun, Tuhan tidak mengurusi urusan yang terkait dengan kehidupan dunia. Tuhan hanya mengatur hubungan antara Diri-Nya dan makhluk-Nya dalam masalah ibadah/keakhiratan semata.
Walhasil, ideologi ini percaya bahwa Tuhan itu ada dan kehidupan setelah dunia itu juga ada, namun Tuhan dianggap tidak berperan apa-apa dalam mengatur kehidupan manusia di dunia ini. Dari sini muncullah pemisahan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Urusan dunia (ekonomi, politik, sosial, budaya, dll) diatur sepenuhnya oleh manusia, sedangkan aturan yang berhubungan dengan akhirat (tatacara peribadatan) diatur oleh Tuhan. Itulah sekularisme, yang menjadi akidah dari ideologi ini.
Ideologi Kapitalisme pun jelas tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, kita sejatinya memahami bahwa Tuhanlah yang mengetahui persis hakikat manusia ketimbang manusia sendiri. Artinya, Tuhanlah sejatinya yang paling mengetahui aturan-aturan yang terbaik yang harus menjadi pedoman hidup manusia di dunia, bukan manusia yang akalnya sangat terbatas. Terbukti, berbagai peraturan yang dibuat oleh manusia justru menimbulkan banyak persoalan, bahkan bencana, bagi manusia sendiri. Wajar jika ideologi ini pun telah menimbulkan berbagai ketidakpuasan spiritual dan ketidaktenteraman bagi jiwa manusia. Itulah yang terjadi di Barat saat ini.
Sebaliknya, ideologi Islam menjawab tiga pertanyaan di atas dengan jawaban paripurna, memuaskan akal, dan sesuai dengan fitrah manusia. Ideologi Islam menjelaskan bahwa di balik alam dan kehidupan ini ada sang Pencipta, Tuhan, yang menciptakan manusia dan seluruh alam dari ketiadaan, sekaligus memberikan tugas/amanah kehidupan kepada manusia.
Untuk itu, manusia diberi petunjuk/tuntutan hidup berupa aturan-aturan yang jelas, yang bersumber dari wahyu Tuhan, berupa al-Quran dan as-Sunnah. Amanah/tugas inilah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat, sebuah kehidupan lain setelah dunia ini. Itulah pemahaman inti dari akidah Islam, yang menjadi dasar dari ideologi Islam.
Ideologi Islam jelas masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia.
Sebab, manusia memang membutuhkan sang Pencipta sebagai Zat Yang layak untuk disembah, sekaligus yang memiliki otoritas untuk mengatur kehidupan manusia di dunia, karena Dialah Yang paling tahu atas apa yang terbaik bagi manusia. Dialah Allah Swt. Karena itu, dalam meniti kehidupannya (dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dll) manusia harus senantiasa menyandarkan diri pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt., yakni syariat Islam.
Walhasil, ideologi Islam adalah satu-satunya ideologi yang masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Terbukti, dalam sejarahnya, sepanjang ideologi Islam diterapkan dalam realitas kehidupan, sebagaimana pernah terjadi selama berabad-abad pada masa Daulah Islamiyah zaman Nabi saw. dan Kakhilafahan Islam, ideologi Islam mampu menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemajuan, sekaligus ketentraman jiwa manusia; sesuatu yang tidak pernah dapat dicapai oleh ideologi Komunisme maupun Kapitalisme.
[Ibnu Khaldun Aljabari]
(1) Darimana manusia manusia dan kehidupan ini berasal?;
(2) Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?;
(3) Mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini?
Ketika tiga pertanyaan di atas terjawab—terlepas jawabannya benar atau salah—maka seseorang telah memiliki landasan, tuntunan, sekaligus tujuan hidup. Dia akan hidup di dunia ini sesuai dengan landasan itu. Dia akan berbuat dengan standar dan nilai-nilai yang didasarkan pada landasan tersebut. Dia akan menjalankan aktivitas ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain berdasarkan landasan tersebut. Bahkan ia akan mengajak orang/kaum lain agar menjalankan kehidupannya dengan mengikuti landasan tersebut.
Pada masa sekarang, pada faktanya, landasan hidup yang digunakan manusia itu adalah ideologi. Saat ini, hanya ada 3 (tiga) ideologi yang diemban oleh manusia, yakni:
(1) Komunisme, yang didasarkan pada akidah materialisme;
(2) Kapitalisme, yang didasarkan pada akidah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan);
(3) Islam, yang didasarkan pada akidah Islam.
Ideologi Komunisme menjawab tiga pertanyaan di atas dengan jawaban: bahwa manusia dan kehidupan dunia ini berasal dari materi dan ada dengan sendirinya; manusia hidup di dunia ini untuk mencari kebahagian material; dan kelak manusia akan kembali lagi menjadi materi. Itulah materialisme yang menjadi akidah dari ideologi ini.
Walhasil, ideologi Komunisme menafikan keberadaan Tuhan sama sekali (ateis). Para pengembannya hidup dengan aturan yang dibuat sendiri, dengan standar baik-buruk yang mereka kehendaki. Mereka berbudaya, berpolitik, dan berekonomi untuk mencapai kebahagiaan material. Mereka tidak menyakini adanya hal-hal gaib (Tuhan, ruh, akhirat, pahala-dosa, dll) di luar materi.
Jelas ideologi ini—yang menafikan keberadaan Zat sebelum alam dunia ini (Tuhan) dan adanya kehidupan setelah dunia ini (akhirat)—tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki naluri beragama (religiusitas).
Ironisnya, religiusitas yang sejatinya mendorong manusia untuk menyucikan dan mengagungkan Tuhan, diarahkan oleh ideologi ini ke penyucian dan pengagungan terhadap sesama manusia, yakni para pemimpin mereka. Wajar jika penyimpangan ideologi ini dari fitrah manusia menciptakan berbagai ketidakpuasan spiritual dan ketidaktenteraman jiwa bagi para pengembannya.
Adapun ideologi Kapitalisme menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban: bahwa manusia dan kehidupan ini diciptakan oleh sang Pencipta, Tuhan. Namun, Tuhan tidak mengurusi urusan yang terkait dengan kehidupan dunia. Tuhan hanya mengatur hubungan antara Diri-Nya dan makhluk-Nya dalam masalah ibadah/keakhiratan semata.
Walhasil, ideologi ini percaya bahwa Tuhan itu ada dan kehidupan setelah dunia itu juga ada, namun Tuhan dianggap tidak berperan apa-apa dalam mengatur kehidupan manusia di dunia ini. Dari sini muncullah pemisahan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Urusan dunia (ekonomi, politik, sosial, budaya, dll) diatur sepenuhnya oleh manusia, sedangkan aturan yang berhubungan dengan akhirat (tatacara peribadatan) diatur oleh Tuhan. Itulah sekularisme, yang menjadi akidah dari ideologi ini.
Ideologi Kapitalisme pun jelas tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, kita sejatinya memahami bahwa Tuhanlah yang mengetahui persis hakikat manusia ketimbang manusia sendiri. Artinya, Tuhanlah sejatinya yang paling mengetahui aturan-aturan yang terbaik yang harus menjadi pedoman hidup manusia di dunia, bukan manusia yang akalnya sangat terbatas. Terbukti, berbagai peraturan yang dibuat oleh manusia justru menimbulkan banyak persoalan, bahkan bencana, bagi manusia sendiri. Wajar jika ideologi ini pun telah menimbulkan berbagai ketidakpuasan spiritual dan ketidaktenteraman bagi jiwa manusia. Itulah yang terjadi di Barat saat ini.
Sebaliknya, ideologi Islam menjawab tiga pertanyaan di atas dengan jawaban paripurna, memuaskan akal, dan sesuai dengan fitrah manusia. Ideologi Islam menjelaskan bahwa di balik alam dan kehidupan ini ada sang Pencipta, Tuhan, yang menciptakan manusia dan seluruh alam dari ketiadaan, sekaligus memberikan tugas/amanah kehidupan kepada manusia.
Untuk itu, manusia diberi petunjuk/tuntutan hidup berupa aturan-aturan yang jelas, yang bersumber dari wahyu Tuhan, berupa al-Quran dan as-Sunnah. Amanah/tugas inilah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat, sebuah kehidupan lain setelah dunia ini. Itulah pemahaman inti dari akidah Islam, yang menjadi dasar dari ideologi Islam.
Ideologi Islam jelas masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia.
Sebab, manusia memang membutuhkan sang Pencipta sebagai Zat Yang layak untuk disembah, sekaligus yang memiliki otoritas untuk mengatur kehidupan manusia di dunia, karena Dialah Yang paling tahu atas apa yang terbaik bagi manusia. Dialah Allah Swt. Karena itu, dalam meniti kehidupannya (dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dll) manusia harus senantiasa menyandarkan diri pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt., yakni syariat Islam.
Walhasil, ideologi Islam adalah satu-satunya ideologi yang masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Terbukti, dalam sejarahnya, sepanjang ideologi Islam diterapkan dalam realitas kehidupan, sebagaimana pernah terjadi selama berabad-abad pada masa Daulah Islamiyah zaman Nabi saw. dan Kakhilafahan Islam, ideologi Islam mampu menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemajuan, sekaligus ketentraman jiwa manusia; sesuatu yang tidak pernah dapat dicapai oleh ideologi Komunisme maupun Kapitalisme.
[Ibnu Khaldun Aljabari]