Akhlak mulia melekat pada diri Rasulullah SAW. Dalam menjalani kehidupan di tengah masyarakat dan sahabat, Rasul secara disiplin menerapkan dan menebar akhlak yang ada pada dirinya. Banyak sekali akhlak Rasulullah yang bisa kita diteladani. Akhlak yang melekat pada diri Rasul tetap selalu relevan dengan konteks terkini.
Sifat-sifat apa saja yang penting untuk diteladani masyarakat Muslim di Indonesia saat ini? dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan.?
Meneladani Rasulullah dimensinya sangat banyak. Untuk konteks Indonesia, masyarakat harus meneladaninya dari beberapa sisi.
Pertama, masyarakat meniru sifat amanah dan kejujuran Rasul. Mengapa hal ini sangat penting? Saat ini, bangsa Indonesia miskin dengan kedua sifat tersebut. Di negeri ini, orang berpendidikan dan cerdas cukup banyak, namun yang kita rasakan dan amati masih sedikit sekali orang yang berpendidikan sekaligus mempunyai kejujuran. Ada orang yang jujur tapi kurang cerdas dan kurang berpendidikan.
Kedua adalah Kearifan dalam menghadapi persoalan. Maksudnya, bagaimana agar kita menjadi bangsa yang mampu bersikap bijaksana dalam menghadapi perbedaan. Setiap orang boleh saja berbeda, namun jangan sampai menistakan orang lain yang berbeda dengannya. Bagaimana Rasulullah memberikan contoh dalam menghadapi perbedaan ini? Rasulullah pernah meninggalkan contoh indah ketika beliau menghargai pendapat yang tidak cocok dengan nuraninya. Pada saat Perang Uhud, hati kecil Rasul sebenarnya ingin kaum Muslim bertahan di dalam kota. Melihat orang-orang muda saat itu bersemangat menghadang musuh di luar Kota Madinah, Rasul menghargai dan menuruti mereka. Jadi, bangsa kita butuh orang-orang yang bisa menghargai orang lain. Yaitu, mereka yang bisa memahami bahwa berbeda belum tentu semuanya jelek aau buruk. Kalau ada perbedaan, seharusnya tidak perlu menistakan orang yang berbeda dengan kita.
Ketiga, kita bisa meniru Rasul yang selalu berpikir futuristik. Kita kebanyakan lebih memilih menyelesaikan masalah dengan penyelesaian sesaat, tidak sistemik dan tambal sulam. Contohnya, ketika harga cabai mahal membubung tinggi, begitu mudah pemerintah meminta semua menanam cabai. Padahal dengan kebijakan itu, kalau semua petani menanam cabai, harga cabai bisa jatuh. Sementara harga komoditas lain seperti bawang menjadi mahal. Itu yang terjadi jika berpikir tambal sulam.
Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi semacam ini. Apakah ada yang salah dalam pendidikan agama selama ini? Harus ada perbaikan yang terintegrasi. Tak ada istilah perbaikan akhlak harus dimulai dari pejabat atau anak-anak. Semua pihak harus sama-sama bekerja.
Di dunia pendidikan, dari mulai taman bermain sampai S3, harus benar-benar ditanamkan ketiga keteledanan yang dimiliki Rasul itu. Begitu juga dengan pemerintah dan pengusaha. Mereka harus mengedepankan kejujuran. Pembelajaran agama yang ada di Indonesia sebenarnya sudah bagus. Namun, metode pembelajarannya harus diperbaiki, karena pembelajaran agama dari TK sampai perguruan tinggi, metode pengajarannya lebih cenderung kepada hafalan.
Sementara pengajaran agama yang berupa aplikasi minim sekali. Padahal, pengajaran agama seharusnya ada sisi ritual, ideologi, keyakinan, dan pemahamannya. Memang, dalam agama juga ada hafalan, tapi tidak semuanya hafalan harus ada penghayatan dan pengamalannya. Pelajaran agama sudah bagus, tapi metodenya harus diperbaiki.
Ajaran agama harus masuk dalam seluruh bidang ilmu, apalagi Muslim di negeri ini pasti tahu Nabi Muhammad adalah sosok yang patut dicontoh. Tak hanya itu, sekarang juga terjadi hal memprihatinkan, ucapan ulama kurang mujarab. Umat islam sering mengukur ulama hanya dari retorikanya. Sedikit yang bisa menjadi rujukan. Banyak pula ulama yang masuk ke dunia politik. Hal ini juga menjadi salah satu alasan yang membuat ulama kurang diikuti.
Sudah saatnya ada revolusi intelektual dan dakwah, yang dilakukan oleh para ulama dan dai harus bersifat kontekstual. Seiring dengan perkembangan teknologi, Muslim tak perlu pula memerangi internet atau jejaring sosial atau sosmed. Justru itu bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk berdakwah, termasuk mengenalkan sosok Rasulullah kepada umat.
Berapa banyak ulama dan dai yang memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan dakwahnya? Sayang, keberadaan teknologi secara umum belum dimanfaatkan para ulama dan dai di Indonesia. Dari sekian banyak ulama dan dai, yang sudah menggunakan internet dan medsos untuk alat dakwah masih relatif sedikit. Laman dakwah belum seimbang dengan laman yang mengajarkan dan menyebarkan keburukan.