Percikan Iman – Familiar dengan pernyataan in? “Menikah itu awal mula permasalahan.” Ya, statement ini sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu karena menjadi sebuah tweet seorang selebritis tanah air. Sebagian diri Anda menolak, namun bisa jadi sebagian dari diri kita juga meng-iya-kan. “Katanya, dengan menikah kita akan mendapat ketenangan, tapi kok malah banyak masalah?!”
Kalau kita lihat kartu undangan, lazim kita melihat di salah satu bagian halamannya, terdapat kutipan ayat Al-Qur’an, tepatnya Qs. Ar-Rum ayat 21. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Allah menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, serta Allah jadikan rasa kasih dan sayang di antaramu. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.
Jika kita membaca arti dari litaskunuu ilaihaa secara bahasa saja, wajar kita berpikir kalau “nikah itu akan membawa ketenangan” atau “pasangan kita akan menjadi sumber ketenangan bagi kita”. Namun, kalau kita telaah sedikit lebih jauh, makna sakinah yang sebenarnya tidak sesederhana itu. Benar, jika arti “sakinah” itu ketenangan, naungan, tapi untuk mendapatkan ketenangan itu ada harganya.
Dalam kitab tafsir Al-Maraghi, kita akan menemukan jika makna sakinah itu ialah “ketenangan (yang diperoleh .ed) setelah badai”. Bagaimana maksudnya?
Ketika dua sosok menikah, setiap personel membawa latar belakang yang berbeda-beda; budaya, gaya hidup, pendidikan, dan berbagai latar belakang lainnya. Perbedaan ini katanya indah.. Indahnya jika kita dapat menyikapinya dengan benar.
Tahukah sahabat, penyebab terbesar perceraian di Indonesia adalah “pertengkaran”? Yup.. 50 persen dari total kasus perceraian sejumlah 516.344 kasus perceraian tahun 2022 adalah karena “pertengkaran atau perselisihan yang terus menerus”. Tepatnya, 284.169 kasus.
Di berbagai sumber literatur, kita dapat menemukan pemicu pertengkaran, konflik itu hampir semuanya karena “perbedaan”. Perbedaan individu, budaya, kepentingan, etnis, ras, dan agama. Namun, kalau kita berhenti pada menyalahkan “perbedaan” sebagai penyebab konflik, kenyataanya, adakah individu yang 100 persen sama?
Anak yang kembar sekalipun, tidak dapat kita katakan “sama persis”, namun mirip. Semirip-miripnya satu sama lain, tetap saja, kornea beda, sidik jari juga beda. Ketika bertumbuh, bisa jadi banyak kesamaan, namun ketika keduanya berinteraksi dengan hal atau cara yang berbeda dengan lingkungannya, maka akan berdampak pada kepribadian yang berbeda.
Intinya, perbedaan itu hal yang niscaya. Allah Swt. berfirman dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hai, manusia! Sesungguhnya, Kami telah menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya, yang paling mulia di sisi Allah ialah orang paling bertakwa. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Jika perbedaan itu tak bisa kita hindari, artinya, potensi konflik itu ada dalam berbagai bentuk interaksi atau dalam berbagai ikatan sosial.
Kembali ke “sakinah”
Jika potensi konflik itu ada dalam interaksi, artinya akad pernikahan sudah diambil, seorang lelaki harus siap, bukan hanya untuk dapat bersenang-senang dengan sosok perempuan idamannya, namun juga dengan potensi badai yang sewaktu-waktu menerjang.
Agar sakinah yang kita harapkan itu dapat kita raih, maka tugas kita adalah bersabar satu sama lain. Dan… Kunci agar kita dapat bersabar salah satunya ialah tasamuh atau toleransi.
Sejatinya, potensi konflik itu dapat kita sedikit minimalisasi dengan konsep se-kuffu. Artinya, kita memilih calon pasangan dengan sebanyak mungkin persamaan. Latar belakang suku-nya sama, kelas sosial-ekonomi yang sama, atau jenjang pendidikannya sama. Namun, meski se-kuffu tetap saja masih menyisakan banyak potensi konflik yang bisa berujung pada perceraian.
Meski sudah menikah dengan yang se-kuffu, tetap saja, baik pasangan lelaki maupun perempuan kudu belajar dan latihan tasamuh atau toleransi dengan pasangan.
Secara bahasa, tasamuh berasal dari kata samaha yang berarti tenggang rasa atau toleransi. Dalam berbagai varian turunan kata samaha ini, kita dapat menemukan beberapa makna; sama-sama berlaku baik, lemah lembut, dan saling maaf-memaafkan.
Sedangkan secara maknawi, tasamuh ialah “Akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh agama Islam.”
Sedangkan dalam KBBI, salah satu arti “toleransi” ialah penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.
Pertanyaan terakhir, “jika toleransi adalah kunci, maka di mana kita memperolehnya?”
Toleransi itu lahir dari kesadaran bahwa diri kita juga orang lain itu adalah makhluk yang sudah pasti akan berbuat salah, sudah pasti penuh dengan kekurangan (setidaknya di mata satu sama lain sebagai pasangan). Karena itu, sudah seharusnya jiwa kita siap untuk memaafkan sebelum pasangan kita berbuat salah dan siap meminta maaf meski bukan kita yang salah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Katakan, “Hai, hamba-hamba-Ku yang pernah terjerumus dosa! Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa-dosamu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar:53)
Allah Swt. Maha Tahu bahwa kita adalah makhluk yang sudah pasti berbuat salah. Karena itu, Allah Swt. senantiasa membuka pintu maaf dan ampunan bagi kesalahan dan dosa-dosa kita. Hendaknya, kita pun begitu. Mari kita lapangkan dada kita agar dapat menampung stok maaf yang sebanyak-banyaknya.
Wallahu a’lam bi shawwab
__________
Tulisan ini merupakan pengembangan dari materi yang disampaikan oleh guru kita, Ustadz Aam Amiruddin pada Majelis Percikan Iman di Masjid Trans Studio, pada Kamis, 16 November 2023 bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional