Percikan Iman – Berangkat ke stadion, pulang kembali pada Allah S.W.T. Itulah yang terjadi pada saudara kita se-tanah air di Stadion Kanjuruhan, Malang. Innaalillahi, wa innaa ilaihi rooji’uun. Mari berharap Allah S.W.T. memberikan kekuatan pada keluarga yang ditinggalkan, memberikan kesabaran pada yang mendapatkan luka.
Gas Air mata memicu kepanikan dan membuat sebagian kesadaran hilang. Pijakan licin setelah hujan membuat sebagian terjatuh hingga terinjak oleh supporter lainnya. Sesak napas dan terinjak. Akibatnya, hampir 200-an orang menghembuskan nafas terakhirnya, ratusan lainnya mengalami luka-luka, berat maupun ringan.
Mereka ialah ayah, ibu, suami, istri, atau anak dari saudara kita. Gelombang duka menghempas anggota keluarga, kerabat, dan sahabat yang ditinggalkan. Tampiasnya mengalir sampai pada kita selaku saudara se-tanah air, bahkan meluas hingga dunia pun turut merasakannya.
Bagaimana tidak, jumlah tersebut merupakan jumlah korban nyawa terbesar kedua yang pernah terjadi dalam perhelatan sepak bola di dunia. Sebelumnya, kejadian serupa pernah terjadi di Stadion Nasional (Estadio Nacional), Lima, Peru, saat laga Peru vs Argentina tahun 1964 yang menewaskan 326 orang.
Jumlah tersebut bukan hanya angka, tapi jumlah nyawa yang terlepas. Yang harganya tak dapat tertukar oleh apapun. Tahukah sahabat, Allah S.W.T. begitu tinggi menghargai satu nyawa manusia.
Allah S.W.T. menetapkan menghilangkan satu nyawa tak berdosa sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia:
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي اْلأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا
“Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia.“ (Q.S. al-Maidah: 32)
Apalagi, jika nyawa itu milik seorang Muslim. Ia lebih berharga dari pada dunia dan se-isinya
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda:
ِلَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia beserta isinya sungguh lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim dengan tidak benar”. [HR. Ibnu Majah (2668), Tirmidzi (1395), Nasai (3998) dengan sanad shohih]
Begitu berharganya satu nyawa.
Nah, ini ratusan nyawa yang terhempas. Tak ada alasan bagi pihak berwenang menunda-nunda upaya pengusutan kejadian ini hingga tuntas. Ketahuilah hukum Allah S.W.T. Maha Adil dan tak ada satupun yang luput dari “pandangannya”.
Ke depannya, kita mesti berupaya jangan sampai perhelatan olah raga yang seharusnya menjadi momen berkesehatan, momen berkesatuan, malah menjadi momen kelam. Mari jadikan momen ini untuk mengembalikan olah raga pada tempat yang semestinya.
Selanjutnya, kami mengajak pada sahabat semua, agar hendaknya menjaga hati, lisan, dan jemari kita. Alih-alih mendulang hikmah, malah mengundang kebencian dan amarah. Jika tak benar-benar tahu, jika tak memiliki ilmu, lebih baik kita diam. Mari kita berpayah agar tak berprasangka buruk dan salah mengarahkan telunjuk.
Ketahuilah, tak semua yang nampak kurang baik di mata kita, juga buruk di mata-Nya. Yang pergi ke Masjid belum tentu akan shalat, bisa jadi hendak mencuri sendal. Yang pergi ke stadion juga belum tentu hanya karena bersenang-senang, bisa jadi mereka datang karena ingin menyenangkan anak, mengeratkan persahabatan dengan kawan sekelas, dan masih banyak kemungkinan baik lainnya.
Sekali lagi, mari kita jaga hati, pikiran, lisan, juga jemari kita. Mari kita do’akan agar pihak berwenang dimudahkan dalam mengusut tragedi ini. Juga, agar mereka bersungguh-sungguh dalam melakukannya hingga tuntas mengungkap kebenaran. Kita juga berdo’a agar negeri dan bangsa ini Allah S.W.T. jaga dari berbuat sesuatu yang mengundang murka-Nya.
Yang utama, mari kita do’akan para korban dan keluarganya agar menerima ketetapan-Nya. Kemudian kita, do’akan juga agar menjadikan peristiwa ini sebagai hikmah sehingga lebih waspada dengan berbagai kemungkinan yang mungkin mengundang kecelakaan.