Segala hal yang berkaitan dengan pengasuhan dan pembinaan di keluarga itu harus diawali dengan ketentuan agama. Maka, dalam mendidik anak pun harus sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sebagai lingkungan bagi dasar anak harus terkondisikan dalam nuansa islami. Hal tersebut misalnya dilakukan dengan cara mengajarkan sistem syariah dalam ekonomi yang diterapkan di keluarga saya. Segala sesuatu yang dikonsumsi, dipakai, dan dimiliki semua anggota keluarga haruslah didapat dari hasil yang halal.
Selanjutnya, saya senantiasa memberikan pemahaman kepada anak bahwa suatu yang halal itu akan menimbulkan keberkahan. Halal akan menimbuklan hubungan keluarga yang harmonis. Kalau harta didapat dari sesuatu yang tidak halal, keberkahan tidak akan ada. Hubungan suami-istri pun banyak cekcoknya dan anak-anak membandel.
Berkaitan dengan mendapatkan harta yang halal tersebut, kita tidak bisa melepaskan diri dari pembahasan kesabaran. Istri harus sabar manakala suami belum berhasil (mendapatkan harta halal yang melimpah). Suami pun dalam mencari nafkah halal harus all out. Dalam kondisi ini, diperlukan dua pondasi keluarga yang kuat, yaitu keimanan dan ketakwaan.
Bagi saya, menerapkan ekonomi syariah di keluarga mengandung arti mengubah paradigma. Bila orangtua menekankan anaknya menjadi pegawai negeri, hal itu secara syariah sudah salah sebab Rasul mengajarkan umatnya untuk menjadi pengusaha. Ada banyak manfaat bila paradigma berwirausaha tertanam dalam keluarga. Kenapa begitu? Bisa dibayangkan kalau semua lulusan sekolah dan universitas bertujuan mencari kerja. Lapangan kerja yang terbatas tentu tidak akan sanggup menyerap jumlah pencari kerja tersebut.
Jadi, tidak ada salahnya kalau kita mendidik anak agar menjadi wirausahawan. Ketika kita berorientasi menjadi pengusaha (walaupun kecil), hal tersebut secara tidak langsung telah membantu mengatasi permasalahan pengangguran. Setidaknya, ketika kita berjiwa wirausaha, kita akan memiliki jiwa berhemat. Ya, setiap pengusaha memang harus berhemat demi memikirkan gaji karyawannya di akhir bulan.
Dari segi mental, saya menilai ada perbedaan antara karyawan dan pengusaha. Seorang pengusaha, jika ia mendapatkan income tidak lantas dihabiskan untuk hal-hal yang konsumtif, melainkan berhemat dan menabung untuk pengembangan usaha. Sementara, karyawan adalah sebaliknya.
Nah, sisi baik seperti itulah yang perlu ditumbuhkan dalam jiwa anak. Anak harus diberi pemahaman bahwan mencari uang itu tidak mudah. Ya, sebagai tanda sayang kepada anak-anak itu kita harus memberi pemahaman sederhana bahwa mencari uang itu tidak mudah.
Inti parenting adalah keteladanan orangtua untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, orangtua harus banyak membaca buku-buku inspirasi, motivasi, enterpreneurship, serta mengikuti seminar. Orangtua yang lebih cerdas akan memberikan pengasuhan dan pendidikan yang lebih baik bagi anaknya.
Keteladanan orangtua harus mulai dari A sampai Z. Artinya, selain teladan dalam urusan ibadah, anak juga harus diberi keteladanan dalam berbagai bidang kehidupan lainnya. Anak yang cerdas adalah anak yang berjiwa sederhana serta pandai berhemat dan anak mandiri adalah anak yang suka bekerja keras. [Ahmad]